Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa ke Rp15.355 kala Inflasi AS Menanjak

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup perkasa ke level Rp15.355 pada perdagangan hari ini, Kamis, (14/9/2023) saat inflasi AS meningkat 3,7 persen.
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup perkasa ke level Rp15.355 pada perdagangan hari ini, Kamis, (14/9/2023), seiring dengan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang meningkat 3,7 persen secara year-on-year (yoy) pada Agustus 2023.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Kamis, (14/9/2023) pukul 15.00 WIB, nilai tukar rupiah menguat 0,10 persen atau 15 poin ke level Rp15.355. Sedangkan indeks dolar AS justru terpantau melemah 0,06 persen ke posisi 104,70 sore ini.

Sementara itu, mayoritas mata uang Asia lainnya terpantau menguat terhadap dolar AS. Misalnya, yen Jepang menguat 0,12 persen, disusul dolar Singapura yang naik 0,03 persen, dolar Taiwan menguat 0,15 persen, won Korea naik 0,31 persen, dan dolar Hongkong naik tipis 0,01 persen.

Sedangkan beberapa mata uang Asia lainnya yang melemah terhadap dolar AS yaitu yuan China dan peso Filipina yang masing-masing melemah 0,06 persen, dan baht Thailand melemah 0,15 persen. Sedangkan ringgit Malaysia dan rupee India terpantau stagnan.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS melemah setelah rilis data inflasi AS, yang menunjukkan harga konsumen AS meningkat paling tinggi dalam 14 bulan pada Agustus 2023 seiring kenaikan harga bensin, namun kenaikan inflasi dasar tahunan masih yang terkecil dalam dua tahun.

Secara bulanan, inflasi AS Agustus 2023 dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,6 persen month-to-month (mtm). Sedangkan, secara tahunan (year-on-year/yoy) naik dari sebelumnya 3,2 persen menjadi 3,7 persen. Kendati inflasi secara keseluruhan mengalami kenaikan, inflasi inti yoy mengalami penurunan dari sebelumnya 4,7 persen menjadi 4,3 persen.

"Angka-angka ini gagal mengubah pandangan mengenai penghentian sementara Federal Reserve minggu depan, dan perhatian kini beralih ke pertemuan bulan November sebagai pertemuan penting dalam menentukan sentimen pasar," ujar Ibrahim dalam riset, Kamis, (14/9/2023).

Selain itu, Bank Sentral Eropa (ECB) akan bertemu pada Kamis (14/9), dan para pelaku pasar telah mulai menilai kembali posisi mereka setelah laporan Reuters mengindikasikan bahwa pembuat kebijakan ECB memperkirakan inflasi di 20 negara zona euro akan tetap di atas 3 persen tahun depan, memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga ke-10 berturut-turut.

Selanjutnya, Bank of England (BoE) diperkirakan masih akan menambah 14 kenaikan suku bunga sejak akhir tahun 2021 ketika para pengambil kebijakan bertemu pekan depan, dan diprediksi menaikkan suku bunga menjadi 5,5 persen dari 5,25 persen.

Dari sentimen dalam negeri, pelaku pasar terus memantau kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global, masih tumbuh kuat ditopang oleh konsumsi masyarakat yang kuat serta dididorong oleh permintaan domestik.`

"Hal ini perlu dijaga dengan memperluas sumber-sumber perekonomian domestik, termasuk dukungan dari sektor keuangan khususnya kredit perbankan," katanya.

Pasalnya, dari sisi ekspor, Indonesia sudah mengalami penurunan dikarenakan perekonomian China yang melemah karena mayoritas ekspor RI ditujukan ke Negeri Tirai Bambu tersebut. Dia bilang, tantangan ke depannya yaitu menjaga pertumbuhan ekonomi RI pasca-pandemi meskipun ekonomi China melambat.

"Untuk perdagangan besok Jumat, [14/9/2023], mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat direntang  Rp15.330- Rp15.400," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper