Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melambung ke Posisi Tertinggi, Pasokan OPEC Mengetat

Harga minyak melonjak sekitar dua persen ke level tertinggi dalam 10 bulan pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, karena prospek pasokan yang lebih ketat OPEC.
Seorang pekerja berdiri di samping tangki penyimpanan minyak di Pilipinas Shell Petroleum Corp. Shell Import Facility Tabangao (SHIFT) di Batangas City, Filipina. Minyak mentah melemah pada Rabu (16/8/2023) menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan./Bloomberg
Seorang pekerja berdiri di samping tangki penyimpanan minyak di Pilipinas Shell Petroleum Corp. Shell Import Facility Tabangao (SHIFT) di Batangas City, Filipina. Minyak mentah melemah pada Rabu (16/8/2023) menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melonjak sekitar dua persen ke level tertinggi dalam 10 bulan pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, karena prospek pasokan yang lebih ketat dan optimisme OPEC terhadap ketahanan permintaan energi di negara-negara besar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November terangkat 1,6 persen, menjadi menetap di US$92,06 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober meningkat 1,6 persen, menjadi ditutup pada 88,84 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Kedua harga acuan tersebut secara teknis masih berada dalam kondisi jenuh beli selama delapan hari berturut-turut, dan ditutup pada level tertinggi sejak November 2022.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraannya mengenai pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada tahun 2023 dan 2024, dengan alasan bahwa negara-negara besar lebih kuat dari perkiraan. Laporan bulanan OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari pada tahun 2024.

 “Harga minyak mentah menguat setelah laporan bulanan OPEC menunjukkan pasar minyak akan menjadi lebih ketat dari perkiraan awal,” Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analisis OANDA, mengatakan dalam sebuah catatan.

Untuk menjaga pasokan tetap terbatas, Arab Saudi dan Rusia pekan lalu memperpanjang pengurangan pasokan sukarela sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun. OPEC, Rusia dan produsen sekutunya dikenal sebagai OPEC+.

Anggota OPEC Libya menutup empat terminal ekspor minyak di wilayah timur karena badai mematikan, sementara anggota OPEC+ Kazakhstan mengurangi produksi minyak harian untuk pemeliharaan.

Badan Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan produksi minyak global akan meningkat dari 99,9 juta barel per hari pada tahun 2022 menjadi 101,2 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 102,9 juta barel per hari pada tahun 2024, sementara permintaan dunia akan meningkat dari 99,2 juta barel per hari pada tahun 2022 menjadi 101,0 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 102,3 juta barel per hari pada tahun 2024.

Bandingkan dengan rekor produksi minyak global sebesar 100,5 juta barel per hari pada tahun 2018 dan rekor konsumsi dunia sebesar 100,8 juta barel per hari pada tahun 2019, menurut Short Term Energy Outlook EIA.

EIA memperkirakan persediaan minyak global akan turun hampir setengah juta barel per hari pada paruh kedua tahun 2023, menyebabkan harga minyak naik dengan harga Brent rata-rata 93 dolar AS per barel pada kuartal keempat.

Di AS, EIA memproyeksikan produksi minyak mentah akan meningkat dari 11,9 juta barel per hari pada tahun 2022 menjadi 12,8 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 13,2 juta barel per hari pada tahun 2024, sementara konsumsi akan meningkat dari 20,0 juta barel per hari pada tahun 2022 menjadi 20,1 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 20,3 juta barel per hari. pada tahun 2024.

Bandingkan dengan rekor produksi minyak mentah AS sebesar 12,3 juta barel per hari pada tahun 2019 dan rekor konsumsi sebesar 20,8 juta barel per hari pada tahun 2005.

Ke depan, pedagang minyak menunggu perkiraan pasokan-permintaan dari Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu, dan data persediaan minyak AS dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, pada Selasa waktu setempat

Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan sekitar 1,9 juta barel minyak mentah dari stok AS selama pekan yang berakhir 8 September. Itu akan menjadi penarikan mingguan kelima berturut-turut, terpanjang sejak Januari 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper