Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Dibuka Stagnan, Berpotensi Melemah Hari Ini

Nilai tukar rupia bergerak stagnan di Rp15.295 per dolar AS pada Senin (28/8/2023). Analis memperkirakan rupiah berisiko melemah di rentang Rp15.280—Rp15.350.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah spot mengawali perdagangan awal pekan dengan bergerak stagnan di Rp15.295 per dolar AS pada Senin (28/8/2023). Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap greenback pada perdagangan pagi ini.

Mengutip data Bloomberg pukul 09.02 WIB, nilai tukar rupiah stagnan daripada posisi sebelumnya. Sementara itu, indeks dolar menguat 0,03 persen ke posisi 104,04.

Bersama dengan rupiah, mata uang lain di kawasan Asia turut tertekan terhadap dolar AS. Baht Thailand melemah 0,29 persen terhadap dolar AS, sementara ringgit terkoreksi 0,23 persen. Yen Jepang melemah 0,05 persen.

Beberapa mata uang yang menguat mencakup yuan China sebesar 0,06 persen. Kemudian dolar Singapura menguat 0,10 persen dan won Korea menguat 0,09 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya memperkirakan rupiah hari ini akan ditutup melemah di rentang Rp15.280—Rp15.350.

Pelemahan rupiah terjadi ketika dolar terdorong lebih tinggi setelah data menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pada minggu lalu, menambah serangkaian rilis ekonomi yang telah membantu meredakan kekhawatiran akan terjadinya resesi AS.

Namun, inflasi tetap berada di atas target The Fed, dan para pedagang khawatir bahwa Ketua The Fed Jerome Powell akan mengindikasikan bahwa suku bunga perlu tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama untuk meredam ancaman ini.

Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga jangka pendek secara agresif selama lebih dari setahun untuk mengekang lonjakan inflasi terburuk dalam beberapa dekade, dengan menaikkan suku bunga acuan overnight ke kisaran 5,25–5,50 persen pada bulan lalu.

Pertemuan The Fed selanjutnya akan dilakukan pada September. Meskipun diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga, kondisi perekonomian telah menyarankan agar The Fed mungkin harus berbuat lebih banyak dalam kebijakan moneternya.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap berada dalam kisaran proyeksi 4,5–5,3 persen. BI memastikan akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial BI. Sinergi ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 juga diprediksi tumbuh positif. BI memproyeksikan pada 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4,7 hingga 5,5 persen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper