Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan Grup Rajawali, PT Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) berencana menambah sejumlah pabrik kelapa sawit (PKS) hingga tiga tahun ke depan.
Direktur BWPT Andrew Haryono menyampaikan pada 8 Agustus 2023, perseroan telah melakukan ground breaking PKS berkapasitas 30 ton per jam di perkebunan Kalimantan Timur. Proses pembangunan diperkirakan membutuhkan waktu 15-18 bulan, yang kemudian beroperasi secara komersial.
"Di Kaltim memang kami agresif karena menyesuaikan peningkatan produksi. Pada 8 Agustus 2023 pukul 8.00 WIB, ground breaking pabrik baru sudah dilakukan," jelasnya kepada Bisnis di area kebun BWPT di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (23/8/2023).
Pengembangan PKS baru masuk ke dalam rencana alokasi belanja modal (capex) Rp200 miliar pada tahun ini. Adapun, dalam rentang 2023-2025, BWPT menganggarkan capex sekitar Rp1 triliun, yang salah satunya untuk ekspansi PKS.
Selanjutnya, BWPT juga berencana menambah 1 PKS lagi di Kalimantan Timur pada 2025, dengan kapasitas 15-30 ton per jam. Pengembangan masih fleksibel karena menyesuaikan dengan tingkat produksi ke depan. Selain itu, BWPT juga berpeluang menambah PKS lagi di Kalimantan Selatan ataupun Papua.
"Kami tentunya melihat perkembangan produksi dari kebunnya sebagai pertimbangan utama pengembangan pabrik baru," imbuhnya.
Baca Juga
BWPT saat ini sudah mengoperasikan 6 PKS di Kalimantan dan 1 PKS di Papua dengan kapasitas pengolahan 370 ton per jam.
Pengembangan PKS merupakan salah satu strategi BWPT memacu kinerja operasional sekaligus keuangan. Pada 2023, manajemen menargetkan pertumbuhan dobel digit.
"Selain pendapatan, kami tentunya ingin profit juga meningkat, tumbuh dobel digit. Oleh karena itu, BWPT melakukan digitalisasi dan mekanisasi untuk menjalankan operasional yang efisien sehingga cost berkurang," jelasnya.
Kinerja BWPT
BWPT mencatatkan laba bersih pada semester I/2023 di tengah pertumbuhan produksi CPO, meskipun pendapatan menurun tipis. BWPT mencatatkan pendapatan usaha Rp2,14 triliun pada semester I/2023, turun 7,54 persen year on year (yoy) dari Rp2,31 triliun per Juni 2022.
Pendapatan usaha pada paruh pertama 2023 berasal dari penjualan produk minyak kelapa sawit atau CPO Rp1,93 triliun, inti kernel Rp162,42 miliar, dan tandan buah segar Rp48,05 miliar. Sejumlah pelanggan besar BWPT di antaranya PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) dan PT Sari Dumai Sejati, yang masing-masing berkontribusi 41 persen dan 36 persen dari total penjualan BWPT per Juni 2023.
Di sisi lain, BWPT menekan beban pokok penjualan menjadi Rp1,65 triliun per Juni 2023 dibandingkan dengan Rp1,85 triliun per Juni 2022. Laba kotor BWPT pun naik menuju Rp489,31 miliar dari sebelumnya Rp461,59 miliar.
BWPT pun mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp74,40 miliar pada semester I/2023. Raihan laba bersih itu berbalik dari rugi bersih Rp188,23 miliar per Juni 2022.
Dari sisi kinerja operasional, volume penjualan CPO dan palm kernel (PK) tercatat mengalami peningkatan sebesar 22 persen dan 26 persen yoy. Penjualan CPO mengalami kenaikan volume dari 141.037 ton menjadi 172.225 ton pada semester I/2023. Volume penjualan PK juga naik menjadi 30.075 ton dari sebelumnya 23.809 ton.
BWPT juga berhasil mencatatkan peningkatan yield TBS per hektar sebesar 20 persen. Namun, penurunan rata-rata harga pasar CPO dan PK yang signifikan di semester I/2023 dibandingkan semester I/2022 berdampak pada penurunan pendapatan.