Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten bengkel pesawat Grup Garuda, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMFI) ikut melesat seiring dengan induknya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA). Melesatnya saham GMFI dan GIAA didorong rencana merger Grup Garuda Indonesia dengan Pelita Air.
Berdasarkan data RTI pukul 12.00 WIB, saham GMFI naik 8,97 persen atau 7 poin ke level Rp85 per saham pada sesi I perdagangan Kamis, (24/8/2023).
Sepanjang perdagangan, saham GMFI telah ditransaksikan sebanyak 975 kali dengan volume 30,77 juta saham. Alhasil, nilai transaksi tembus Rp2,59 miliar dan kapitalisasi pasar tercatat Rp2,40 triliun.
Pada perdagangan kemarin, Rabu, (23/8/2023) saham GMFI juga ditutup melambung 9,86 persen ke level Rp78 dan menyentuh Auto Rejection Atas (ARA). Sehari sebelumnya, saham GMFI juga melesat 9,23 persen ke level Rp71 per saham.
Pada saat bersamaan, saham GIAA juga ditutup naik 10 persen menyentuh ARA ke level Rp88 per saham pada sesi I perdagangan hari ini.
Melambungnya harga saham GIAA dan GMFI seiring dengan rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang akan melakukan merger terhadap tiga maskapai penerbangan pelat merah, yakni Garuda Indonesia, Citilink Indonesia yang merupakan anak usaha GIAA, dan Pelita Air yang merupakan entitas usaha PT Pertamina (Persero) di sektor penerbangan.
Baca Juga
Tujuan dari penggabungan Grup Garuda Indonesia dengan Pelita Air adalah sebagai upaya efisiensi Kementerian BUMN untuk menekan biaya logistik di sektor penerbangan.
Menilik kinerja keuangan, GMFI menorehkan kinerja moncer pada semester I/2023 dengan berhasil membalikkan rugi menjadi laba bersih US$2,02 juta atau sekitar Rp30,40 miliar (asumsi kurs Rp15.000 per dolar AS).
GMFI membalikkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$2,02 juta, dari yang sebelumnya menderita rugi US$10,97 juta pada semester I/2022.
Perolehan laba bersih itu didorong kenaikan pendapatan signifikan 74,21 persen secara year-on-year (yoy) menjadi US$166,90 juta atau sekitar Rp2,5 triliun, dibanding periode sama 2022 sebesar US$95,80 juta.
Meskipun begitu, defisit ekuitas perseroan turun dibandingkan posisi akhir Desember 2022 yang negatif US$331,02 juta. Ekuitas negatif tersebut akibat saldo defisit yang belum dicadangkan sebesar US$602,14 juta pada semester I/2023. Angka itu turun dibanding akhir Desember 2022 sebesar US$604,16 juta.
Oleh sebab itu, saham GMFI juga masuk dalam papan pemantauan khusus oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan induknya, GIAA karena memenuhi kriteria efek dengan ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.