Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Saham GOTO dan BUKA jelang Keputusan Suku Bunga BI

Saham sektor teknologi seperti GOTO dan BUKA masih berpeluang memetik kinerja yang positif di sisa 2023 meskipun suku bunga acuan BI belum menunjukan penurunan.
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham sektor teknologi seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) hingga PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) masih berpeluang memetik kinerja yang positif di sisa 2023 meskipun suku bunga acuan belum memperlihatkan sinyal penurunan.

Konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg memperlihatkan bahwa Bank Indonesia akan kembali mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 23—24 Agustus 2023. Sebanyak 28 dari 30 lembaga yakin Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo akan mempertahankan suku bunga, sementara dua lembaga lainnya yaitu ING Bank dari Filipina dan PT Bahana Sekuritas memproyeksikan suku bunga acuan akan dikerek naik sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen.

Di tengah prospek suku bunga yang tetap di level 5,75 persen, saham GOTO terpantau menutup sesi pertama dengan posisi yang tak beranjak dari penutupan kemarin, yakni di harga Rp86 per sahamnya. GOTO bergerak di rentang harga Rp85—87 sepanjang sesi.

Sementara itu, saham BUKA turun 1,68 persen sehingga mengakhiri sesi pertama di harga Rp234 per lembarnya. BUKA sempat mencapai posisi tertinggi di Rp242 per saham dan terendah di Rp232.

Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan dan Abyan Y. Yuntoharjo dalam riset pada Juni 2023 menyematkan peringkat overweight pada sektor teknologi. Peringkat ini didorong oleh ekspektasi konsumen yang lebih tinggi, mengingat prospek ekonomi yang lebih baik dan bergesernya perilaku konsumen.

“Selain itu terdapat peningkatan kapasitas teknologi, terutama di layanan tekfin yang mengiringi penurunan biaya emiten. Emiten teknologi juga memiliki peluang monetisasi yang lebih baik ke depan,” tulis Rizkia dan Abyan.

Tim Riset Mirae menyebutkan GOTO berada di jalur menuju laba dengan potensi EBITDA positif pada kuartal IV/2023 yang didukung dengan on-demand services dan e-commerce.

“Kami melihat penghematan biaya harus tetap menjadi prioritas GOTO untuk memuluskan langkah perusahaan menuju bisnis yang profitabel. Meski demikian, GOTO harus berhati-hati dan memastikan pertumbuhan kinerja tidak terdampak,” tulis Mirae.

Mirae Asset mempertahankan rekomendasi trading buy untuk GOTO dengan target harga Rp135 per saham. Mereka mengemukakan bahwa GOTO harus lebih mengontrol pada bisnis logistiknya dan memperjelas bisnis tekfin.

GOTO mencatatkan rugi Rp7,2 triliun atau turun 49,1 persen secara tahunan (year on year/YoY). Pendapatan bersih GOTO juga meningkat hingga 102,5 persen pada semester I/2023 menjadi Rp6,9 triliun.

GOTO turut membukukan perbaikan EBITDA yang disesuaikan sebesar 72 persen di kuartal II/2023 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi negatif Rp1,2 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan monetisasi dan optimalisasi insentif berkelanjutan.

Emiten teknologi lainnya, BUKA, diperkirakan bakal mengandalkan bisnis vertikal specialty-nya untuk mendorong pertumbuhan. Hal ini setidaknya tecermin pada kinerja pendapatan dan take rates yang lebih baik pada kuartal I/2023. Sebagai catatan, salah satu bisnis vertikal BUKA yakni ItemKu, berkontribusi sekitar 20 persen pada total pendapatan dengan rata-rata take rates sebesar 7—9 persen.

Di sisi lain, bisnis GOATS memperlihatkan kenaikan signifikan sejalan dengan akuisisi iPrice. Dalam jangka pendek, BUKA disarankan untuk fokus pada rantai pasok GOATS demi menyeimbangkan permintaan yang masuk.

“Dengan take rates yang mencapai 8—9 persen, dampak bisnis ini terhadap profitabilitas BUKA ke depannya perlu diantisipasi,” tulis Mirae.

Mirae Asset menyematkan rekomendasi trading buy dengan target harga Rp240. Target harga ini merefleksikan valuasi EV/sales multiple 2,4 kali.

Pada semester I/2023, BUKA mencatatkan peningkatan pendapatan 28,97 persen YoY dari Rp1,69 triliun menjadi Rp2,18 triliun. Capaian itu sejalan dengan pertumbuhan pendapatan pada kuartal II/2023 hingga 30 persen YoY menjadi Rp1,17 triliun.

Di sisi bottom line, BUKA meraih rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp389,27 miliar pada semester I/2023 atau berbalik negatif dari laba bersih Rp8,59 triliun pada semester I/2022.

BUKA tercatat meningkatkan take rate sebesar 28 basis poin menjadi 2,67 persen pada tengah tahun pertama, dari 2,39 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya dengan didorong oleh kemajuan dalam penyediaan dan efisiensi rantai pasokan.

_____

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper