Bisnis.com, JAKARTA – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Kedua dari emiten media milik Grup Bakrie, yakni PT Intermedia Capital Tbk. (MDIA) gagal mencapai kuorum.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam RUPST Kedua perseroan berjumlah 583.193.847 atau hanya mewakili 1,49 persen dari total 39.215.538.400 saham yang dikeluarkan perseroan hingga 25 Juli 2023.
Artinya, jumlah itu tidak memenuhi kuorum sebagaimana diatur dalam anggaran dasar perseroan dan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 15/2020, yang menyatakan RUPST kedua dapat berlangsung jika dihadiri paling sedikit satu per tiga jumlah seluruh saham.
“Dengan demikian, berdasarkan jumlah kuorum kehadiran tersebut tidak terpenuhi, maka RUPST Kedua tidak dapat membahas dan mengambil keputusan-keputusan yang sah dan mengikat untuk keseluruhan agenda RUPST Kedua,” tulis direksi MDIA, Senin (14/8/2023).
Adapun agenda RUPST Kedua, antara lain, membahas penetapan penggunaan laba bersih MDIA untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022.
Mengutip laporan keuangan perseroan, sepanjang tahun 2022, MDIA membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp31,65 miliar. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan 2021 yang mencapai Rp81,59 miliar.
Selain itu, rapat juga membahas persetujuan dan pengesahan atas laporan tahun 2022 dan laporan keuangan yang telah diaudit untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022.
Tidak terpenuhinya kuorum RUPST juga membuat agenda pemberian pembebasan dan pelunasan tanggung jawab kepada seluruh anggota komisaris dan direksi. menjadi tertunda. Alhasil, perubahan atas susunan pengurus perseroan juga tidak dapat dilakukan.
Sebagai informasi, RUPST Kedua ini digelar pada Kamis (10/8/2023) di The Convergence Indonesia, Kompleks Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 10.56 WIB.
Di sisi lain, sampai dengan paruh pertama 2023, MDIA mencatatkan laba neto yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp42,29 miliar. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan semester I/2022 yang membukukan Rp74,55 miliar.
Pendapatan neto perseroan juga tercatat menurun pada semester I/2023, dari posisi Rp693,58 miliar menjadi Rp424,06 miliar. Perubahan itu mencerminkan penurunan sebesar 38,86 persen secara tahunan alias year-on-year.