Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia masih bertenaga menghadapi sisa 2023 setelah data perekonomian terbaru memperlihatkan pertumbuhan yang berada di atas ekspektasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2023 tumbuh 3,86 persen dibandingkan dengan kuartal I/2023.
Namun bila dibandingkan dengan kuartal II/2022, perekonomian Indonesia tumbuh 5,17 persen atau berada di atas estimasi pasar sebesar 4,93 persen. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi daripada kuartal I/2023 yang mencapai 5,04 persen year on year (YoY).
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2023 bertengger di US$137,7 miliar atau naik daripada posisi akhir Juni 2023 di Rp137,5 miliar. Kenaikan ini disumbang oleh pajak dan pendapatan jasa dan cadangan devisa RI tersebut setara dengan pembiayaan impor selama 6,2 bulan.
Head of Research InvestasiKu Cheril Tanuwijaya data perekonomian kuartal II/2023 memperlihatkan bahwa ekonomi Indonesia masih kuat dan menarik di tengah berbagai tantangan global.
Di sisi lain, mayoritas pelaku pasar memperkirakan tidak akan ada lagi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Dengan asumsi tersebut, Cheril menilai investor bisa mencermati sektor-sektor yang Sudah jenuh jual dan sensitif dengan suku bunga seperti teknologi dan properti.
Baca Juga
“Saham unggulan kami adalah GOTO dengan target harga Rp115, kemudian EMTK dengan target harga Rp700, BSDE Rp1.330 dan SMRA dengan target harga Rp750,” katanya, Senin (7/8/2023).
Terkait dengan dampak pembagian dividen interim seiring dengan perilisan laporan keuangan semester I/2023, Cheril mengemukakan sektor-sektor dengan kinerja laba bersih yang turun berpotensi membagikan dividen lebih kecil daripada tahun lalu.
“Untuk sektor yang masih tumbuh, dengan adanya sentimen dividen interim bisa mengerek harga sahamnya,” kata dia.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif membuat para pelaku pasar optimistis terhadap fundamental ekonomi nasional.
“Rilis data yang lebih baik dari ekspektasi ini membuat Indonesia tetap menjadi pilihan bagi investor domestik dan asing,” kata Martha.
PDB yang masih tumbuh di atas 5 persen, inflasi yang turun, serta level suku bunga dan nilai tukar rupiah yang stabil disebut Martha membuat Indonesia tetap menjadi pilihan di antara emerging market lainnya.
Menghadapi sisa 2023, Mirae Asset Sekuritas menempatkan saham-saham sektor perbankan, otomotif, telekomunikasi dan konsumer dalam pilihan utama. Martha mengemukakan sektor-sektor ini akan diuntungkan menjelang Pemilihan Umum 2024.
“Selain itu, dengan kondisi global yang masih belum menentu, maka Indonesia akan tetap mengandalkan konsumsi domestik untuk tetap mempertahankan pertumbuhan positif,” kata dia.
Martha menambahkan bahwa sentimen dividen interim untuk saat ini masih minim dan cenderung akan menguat pada akhir kuartal III/2023 dan kuartal terakhir. Sejauh ini, baru segelintir perusahaan yang mengumumkan pembagian dividen interim, yakni AKRA dan SMSM.
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,49 persen atau 33,5 poin ke level 6.886 pada perdagangan Senin (7/8/2023). Saham BMRI, BBCA, dan BBRI menjadi saham-saham berkapitalisasi pasar besar yang naik tinggi hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 276 saham menguat, 245 saham melemah, dan 223 saham stagnan. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.861,76-6.904,35. Kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp10.057 triliun.
Saham BBRI menjadi salah satu saham berkapitalisasi pasar besar yang paling tinggi hari ini, dengan peningkatan 2,24 persen ke level Rp5.700. Lalu saham BMRI naik 1,73 persen ke level Rp5.875, saham BBCA naik 1,37 persen ke Rp9.275, ASII meningkat 1,10 persen ke level Rp6.875, dan GOTO ke level 0,93 persen ke level Rp109.