Bisnis.com, JAKARTA — Emiten telekomunikasi, PT Indosat Tbk. (ISAT) bersiap melakukan pelunasan terhadap obligasi yang jatuh tempo pada 2 September 2023 sebesar Rp115 miliar.
"Bersama ini kami sampaikan bahwa PT Indosat Tbk telah menyiapkan dana untuk melunasi pokok Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap IV Tahun 2016 Seri D sebesar Rp115.000.000.000 (seratus lima belas milyar rupiah) yang akan jatuh tempo pada tanggal 2 September 2023," kata Corporate Secretary Indosat Reski Damayanti dalam keterbukaan informasi, Senin (7/8/2023).
Sebagi pengingat, Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap IV Tahun 2016 Seri D resmi ditawarkan pada 05 September 2016 silam. Surat utang tersebut, memiliki besaran kupon (Fixed) sebesar 9 persen per tahun.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), emiten operator telekomunikasi itu memiliki beberapa obligasi yang akan jatuh tempo pada tahun 2023 hingga 2024. Selain Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap IV Tahun 2016, ISAT juga memiliki utang Obligasi Berkelanjutan III Indosat Tahap II Tahun 2019 Seri C dengan jumlah pokok Rp67 miliar yang jatuh tempo pada 23 Juli 2024.
Selanjutnya, Obligasi Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2019 Seri C yang akan jatuh tempo pada 5 Maret 2024. Jumlah pokok yang harus dilunasi perseroan senilai Rp185 miliar.
Selanjutnya, Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap I Tahun 2017 Seri D yang akan jatuh tempo 31 Mei 2024 dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp378 miliar.
Baca Juga
Sebagi informasi, ISAT mencatatkan pendapatan selama Januari—Juni 2023 menembus Rp24,67 triliun atau 9,54 persen lebih tinggi daripada semester I/2022 sebesar Rp22,52 triliun.
Berdasarkan segmen, lini usaha selular berkontribusi sebesar 85,82 persen terhadap total pendapatan semester I/2023, menyumbang Rp21,17 triliun terhadap total pendapatan atau naik 8,39 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp19,53 triliun.
Akan tetapi, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ISAT tergerus 41,46 persen dari Rp3,26 triliun pada paruh pertama 2022, menjadi hanya Rp1,90 triliun di periode yang sama tahun ini.