Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berpotensi alami penguatan setelah kebijakan penahanan devisa hasil ekspor.
Rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.155 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (1/8/2023) setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Juli sebesar 3,08 persen (year-on-year/yoy) atau yang terendah dalam 16 bulan terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,24 persen atau 35 poin ke posisi Rp15.155 per dolar AS, sementara itu indeks dolar terpantau menguat 0,26 persen ke level 101,89. Adapun mayoritas mata uang Asia bergerak melemah.
Yen Jepang melemah 0,30 persen, dolar Singapura melemah 0,29 persen, dolar Taiwan melemah 0,36 persen, won Korea melemah 0,74 persen, rupee India melemah 0,04 persen, yuan China melemah 0,32 persen, ringgit Malaysia melemah 0,17 persen dan Bath Thailand melemah 0,01 persen.
Sementara itu mata uang yang menguat hanya peso Filipina naik 0,21 persen dan dolar Hong Kong menguat 0,06 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pasar tenaga kerja Eropa khusunya Inggris serta Amerika menunjukkan bahwa terdapat dampak kenaikan suku bunga pada ekonomi negara tersebut. Tren inflasi juga dapat ditekan dan membuat Bank of England melonggarkan siklus pengetatan.
Baca Juga
Sementara itu, dari dalam negeri, tren inflasi pada 2023 terpantau menurun sejak awal tahun hingga Juni 2023 dan diproyeksikan akan mencapai 3 persen pada akhir tahun mendatang.
Tingkat inflasi tahunan (yoy) pada Juli 2023 sebesar 3,08 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 111,80 pada Juli 2022 menjadi 115,24 pada Juli 2023.
“Namun, kondisi itu dapat terjadi dengan beberapa syarat. Proyeksi tersebut artinya mencakup batas tengah target Bank Indonesia (BI), yaitu di kisaran 2 persen hingga 4 persen,” katanya dalam riset harian, dikutip Selasa (1/8/2023).
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan pada Januari 2023 tercatat berada di posisi 5,28 persen. Masih tinggi sebagai dampak dari penyesuaian harga BBM pada September 2022. Pada Februari 2023 inflasi bahkan menunjukkan kenaikan menjadi 5,47 persen (year-on-year/yoy) akibat kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,23 persen.
Menjelang Ramadan atau pada Maret 2023, inflasi justru turun menjadi 4,97 persen (yoy). Sementara pada Lebaran atau April 2023, pemerintah berhasil mengendalikan inflasi dan terus melandai ke level 4,33 persen.
Bahkan pada Mei 2023, inflasi kembali ke posisi 4 persen atau batas atas target Bank Indonesia. Kemudian pada Juni 2023, inflasi bahkan turun ke posisi 4,52 persen (yoy). Inflasi pangan tercatat terus menurun secara signifikan, sementara komoditas yang masih dominan memberikan andil inflasi adalah beras, telur ayam ras, dan daging ayam ras.
Adapun pada perdagangan Besok, Rabu (2/8/2023) Ibrahim memproyeksikan rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.130- Rp15.200 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengemukakan mayoritas mata uang global melemah terhadap dolar AS, seiring dengan menguatnya ekspektasi bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan September 2023.
“Dolar Amerika Serikat di pasar valas bergerak menguat ke hampir semua mata uang karena kebijakan terbaru The Fed dan terdapat harapan perekonomian akan soft landing setelah melalui masa inflasi tinggi,” kata David,