Bisnis.com, JAKARTA – Dua emiten properti, yakni PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA) atau Metland dan PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) bersiap merilis produk anyar pada semester II/2023 seiring Bank Indonesia kembali menahan tingkat suku bunga acuan.
Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 24-25 Juli 2023, kembali menahan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen. Adapun, suku bunga deposit facility tetap di level 5 persen dan suku bunga lending facility tetap 6,5 persen.
Keputusan bank sentral lantas direspons positif oleh sejumlah emiten properti yang memang memiliki sensitivitas tinggi terhadap kebijakan suku bunga.
Direktur Metropolitan Land Olivia Surodjo menuturkan, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) hingga saat ini masih menarik untuk konsumen pembeli properti. Musababnya, bank-bank besar turut memberikan program bunga fix selama masa tenor cicilan hingga 10 tahun.
Oleh karena itu, MTLA berencana merilis produk anyar pada semester II/2023, di antaranya Cluster Costaria di Metland Menteng, Cluster Ivory di Metland Transyogi Cibubur, dan dua klaster baru di Metland Cibitung, serta ruko Veranda di Metland Puri.
“Selain itu, MTLA juga sedang mempersiapkan proyek residensial baru di Metland Cikarang,” pungkasnya kepada Bisnis, Minggu (30/7/2023).
Baca Juga
Dihubungi terpisah, Direktur Ciputra Development Harun Hajadi menyampaikan bahwa CTRA juga akan meluncurkan dua proyek perumahan pada semester dua mendatang. Kendati demikian, Harun tidak memerinci kapan produk baru tersebut bakal dirilis.
Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh Bisnis, CTRA rencananya akan merilis proyek baru di Sentul, Jawa Barat dan Medan, Sumatra Utara dalam beberapa bulan ke depan.
Perseroan juga berencana meluncurkan klaster baru di beberapa proyek, seperti CitraGarden Serpong dan CitraLand Gama City Medan.
Harun mengatakan, keputusan BI untuk kembali menahan BI7DRR di posisi 5,75 persen selama 7 bulan beruntun telah menjadi angin segar bagi bisnis properti ke depan. Namun, dia tetap berharap bank sentral dapat menurunkan suku bunga acuan ke level yang lebih rendah.
“Tertahannya suku bunga tentu kabar baik untuk industri properti, walaupun tentu penurunan suku bunga akan lebih baik karena faktor bunga menentukan affordability,” tuturnya.
Di sisi lain, emiten sektor properti tampaknya akan menikmati sejumlah sentimen positif pada paruh kedua tahun ini. Salah satunya datang dari naiknya permintaan pembiayaan rumah tangga untuk memenuhi KPR, selama Juli – September 2023.
Berdasarkan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan yang dirilis Bank Indonesia (BI), responden rumah tangga yang disurvei pada Juni 2023 berencana menambah kebutuhan pembiayaan, baik melalui bank umum, leasing, maupun koperasi 3 bulan ke depan.
Jenis pembiayaan yang diajukan responden rumah tangga, salah satunya mencakup KPR. Bank sentral mencermati adanya potensi kenaikan permintaan pembiayaan dari responden untuk memenuhi kebutuhan hunian.
Perinciannya, dari total responden, sebanyak 15,8 persen berencana menambah pembiayaan KPR. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 12 persen.
Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus menilai bahwa selain proyeksi meningkatnya permintaan pembiayaan KPR, ada katalis lain yang diramal mampu mengerek performa emiten sektor properti pada paruh kedua tahun ini.
Mulai dari inflasi yang melandai, tertahannya kenaikan tingkat suku bunga BI, daya beli dan konsumsi yang terjaga, hingga stabilitas pemulihan ekonomi dalam negeri.
“Tentu saja hal tersebut memberikan dorongan positif bagi sektor properti untuk bisa bangkit di tahun ini, Namun ingat, strategi dalam melakukan penjualan juga memainkan peran sangat penting untuk dapat mendorong masyarakat dapat membeli properti,” ucapnya.