Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapitalisasi Pasar Tembus Rp10.000 Triliun, IHSG Kok Melempem?

Nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menembus Rp 10.000 triliun pada penutupan perdagangan Selasa (25/7/2023). Mengapa IHSG melempem?
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menembus Rp 10.000 triliun pada penutupan perdagangan Selasa (25/7/2023). Kendati demikian, hal ini dinilai tidak mencerminkan kondisi IHSG jauh lebih baik.

Berdasarkan data BEI, kapitalisasi pasar bursa mencapai Rp10.029 triliun atau bertambah Rp43 triliun dibandingkan dengan hari sebelumnya yang bertengger di angka Rp9.986 triliun.

Kenaikan kapitalisasi pasar bursa sejalan dengan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang parkir di 6.917,71 atau naik 0,27 persen secara harian. Rata-rata nilai transaksi harian per 25 Juli 2023 mencapai Rp10,21 triliun atau turun dari hari sebelumnya.

Menyikapi kenaikan kapitalisasi pasar bursa, pengamat pasar modal Teguh Hidayat menilai bahwa peningkatan tersebut tidak ditunjang oleh perbaikan IHSG yang sejauh ini masih berada di bawah 7.000.

“IHSG sampai dengan hari ini masih di bawah 7.000 dan itu rendah sekali. Sudah 5 tahun IHSG tidak ke mana-mana,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (25/7/2023). 

Dia menyampaikan meningkatnya market cap bursa didorong oleh banyaknya perusahaan yang melakukan pencatatan saham perdana alias IPO, baik perusahaan kecil maupun besar. 

Sampai dengan 21 Juli 2023, otoritas bursa mencatat sudah ada 49 yang listing dengan penghimpunan dana mencapai Rp44,9 triliun. Selain itu, masih terdapat 43 perusahaan yang bakal dalam pipeline pencatatan saham di bursa.

Teguh juga menyinggung beberapa emiten yang membukukan nilai IPO jumbo, seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL), PT Pertamina Geothermal Tbk. (PGEO), dan PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN). 

Dia mengemukakan bahwa saham IPO dengan nilai jumbo justru melemah saat ini. GOTO, misalnya, melemah 70,62 persen secara tahunan, sementara NCKL dan PGEO masing-masing turun sebesar 9,45 persen dan 11,56 persen selama satu bulan terakhir. 

“Saham-saham yang IPO tadi saya sebutkan turun semua. Kalau AMMN belum turun karena masih baru, tapi nanti ujung-ujungnya turun. PGEO turun, GOTO juga turun. Jadi malah IHSG tertekan karena adanya saham-saham IPO ini,” pungkasnya.

Oleh sebab itu, Teguh menyatakan kapitalisasi pasar bursa yang mencapai rekor Rp10.000 triliun ini tidak mencerminkan bahwa kondisi pasar saham dalam negeri dalam kondisi yang baik.

“Jadi yang harus kita lihat IHSG-nya Kenyataannya IHSG kita masih sangat rendah jadi market cap tinggi itu tidak mencerminkan kondisi pasar yang lebih baik,” kata Teguh. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Pandu Gumilar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper