Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp100 triliun masih memiliki prospek positif seiring dengan tingkat suku bunga yang mencapai puncak. Meski demikian, saham-saham yang sensitif pada harga komoditas energi masih dalam radar penurunan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 24 Juli 2023, terdapat 14 emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo di atas Rp100 triliun. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memimpin dengan market cap sebesar Rp1.111 triliun dan berkontribusi 11,12 persen pada total kapitalisasi bursa.
Kemudian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menyusul dengan kapitalisasi Rp840 triliun, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) Rp655 triliun dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rp508 triliun.
PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) menjadi penghuni top 10 market cap dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp145 triliun. Sementara itu, ICBP, GOTO, AMRT dan HMSP menempati posisi ke-11 sampai ke-14.
Head of Research InvestasiKu Cheril Tanuwijaya menilai emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar jumbo masih memiliki prospek positif. Dia mengatakan tingkat suku bunga saat ini masih berada dalam level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir meskipun sudah mencapai puncak.
“Selain itu, pemulihan ekonomi dan pertumbuhan kredit juga berlanjut,” kata Cheril, Selasa (25/7/2023).
Baca Juga
Adapun saham-saham pilihan InvestasiKu mencakup BBRI dan BBNI dengan pertimbangan pertumbuhan yang menarik. Non performing loan (NPL) kedua bank ini dia sebut relatif rendah dan valuasi price to book value (PBV) ia sebut terbilang murah.
“Kami merekomendasikan saham-saham ini dengan target harga Rp6.200 untuk BBRI dan Rp9.500 untuk BBNI,” kata Cheril.
Dia juga mengunggulkan sejumlah saham sensitif suku bunga lainnya pada semester kedua ini seperti TLKM dan GOTO. Tren kenaikan interest rate yang cenderung mereda menjadi katalis bagi emiten-emiten ini. Di sisi lain, euforia Pemilihan Umum 2024 dinilai Cheril bisa menambah kebutuhan data dari emiten telekomunikasi seperti Telkom.
“Kami rekomendasikan TLKM dengan target harga Rp4.600 dan GOTO yang masih dalam upaya efisiensi dan memaksimalkan GOTO Financial-nya kami sematkan target harga Rp130,” katanya.
Cheril belum merekomendasikan BYAN karena saham batu bara yang masih berada dalam tren bearish tahun ini. Sementara itu, emiten milik Prajogo Pangestu Chandra Asri (TPIA) masih terimbas fluktuasi harga komoditas minyak.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.