Bisnis.com, JAKARTA – BUMN Investasi Singapura Temasek Holdings Pte membukukan kerugian bersih sebesar 7,3 miliar dolar Singapura atau setara untuk Rp82,91 triliun. Torehan ini menjadi rekor terburuk Temasek dalam tujuh tahun terakhir.
Adapun pada 2016, Temasek sempat tercatat menderita rugi 6,7 miliar dolar Singapura. Rugi bersih Temasek untuk laporan keuangan terbaru ini termasuk kerugian yang belum direalisasikan atau unrealized losses. Rugi ini juga berbalik dari posisi laba bersih sebesar 11 miliar dolar Singapura setahun yang lalu.
Direktur Keuangan Temasek Png Chin Yee mengatakan kerugian tersebut merupakan persyaratan pelaporan berdasarkan Standar Pelaporan Keuangan Internasional yang diadopsi pada April 2018 dan tidak akan memengaruhi Kontribusi Pengembalian Investasi Bersih (NIRC) Temasek terhadap Anggaran tahunan Singapura.
“Tanpa unrealized losses, Temasek akan membukukan laba bersih 14,7 miliar dolar Singapura,” katanya, mengutip Straits Times, Sabtu (15/7/2023).
Perwakilan Temasek mengatakan dalam pemaparan tahunan, Selasa (12/7/2023), bahwa nilai portofolio bersihnya turun menjadi 382 miliar dolar Singapura pada tahun keuangan yang berakhir 31 Maret 2023, dari rekor 403 miliar dolar Singapura pada Maret 2022. Sebagai perbandingan portofolio investasi tersebut bernilai 381 miliar dolar Singapura pada akhir Maret 2021.
Total pengembalian pemegang saham (TSR) satu tahun turun menjadi minus 5,07 persen dari plus 5,81 persen tahun sebelumnya. Menurut Png Chin Yee penurunan ini karena suku bunga yang tinggi mengikis nilai investasi langsung global, terutama investasi di bidang teknologi, perawatan kesehatan, dan sektor pembayaran.
Baca Juga
Pada November 2022, Temasek sempat mengatakan akan menghapus buku atau write off investasinya sebesar US$275 juta atau 369 juta dolar Singapura dalam bursa kripto FTX yang bangkrut. Jumlah tersebut mewakili sekitar 0,1 persen dari portofolio tahun keuangan 2023.
Sebagai informasi, investasi Temasek menguntungkan warga Singapura melalui kerangka NIRC. Di bawah skema ini ini, Pemerintah Singapura dapat membelanjakan hingga setengah dari pengembalian investasi jangka panjang yang diharapkan dihasilkan oleh Temasek, sovereign wealth fund GIC dan Otoritas Moneter Singapura (MAS). Tiga entitas tersebut mengembang tugas untuk menginvestasikan dana cadangan Singapura.
Temasek mengumumkan kerugiannya seminggu setelah MAS membukukan rekor kerugian 30,8 miliar dolar Singapura setelah memperketat kebijakan dolar Singapura untuk menurunkan inflasi.
Soal keseluruhan portofolio yang menyusut dan TSR satu tahun berubah menjadi negatif, Temasek mengatakan pada tahun lalu, perusahaan menghadapi dampak inflasi yang terus-menerus meskipun terjadi beberapa kenaikan suku bunga oleh bank sentral.