Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi menguat hari ini, Jumat (14/7/2023) di tengah tren pelemahan dolar imbas dari rilis data inflasi Amerika Serikat yang menekan potensi hawkish The Fed terkait suku bunga.
Pada perdagangan sebelumnya, Kamis (13/7) rupiah ditutup menguat 0,27 persen ke level Rp14.965. Adapun indeks dolar AS melemah 0,13 persen ke 100,39.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan dolar terdorong oleh data inflasi AS yang melandai. Meskipun demikian, inflasi masih tetap di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen.
"Hal ini akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga oleh The Fed dalam waktu dekat, dengan pasar memperkirakan kenaikan setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli," kata Ibrahim dalam risetnya, dikutip Jumat (14/7/2023).
Beberapa pejabat The Fed juga telah memberikan sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, dan memperingatkan bahwa inflasi inti masih tinggi.
Sementara itu, dari dalam negeri sentimen datang dari perlambatan ekonomi China yang berpotensi berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Keterkaitan ekonomi antara Indonesia dengan China cukup kuat.
Baca Juga
Estimasi sensitivitas pertumbuhan ekonomi China terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,39 persen, yang berarti perlambatan ekonomi China sebesar 1 persen berpotensi memperlambat ekonomi Indonesia sebesar 0,39 persen. Angka ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan mitra dagang lainnya, sebagai contoh Amerika Serikat.
Selain itu, perlambatan ekonomi China juga diperkirakan akan menekan harga komoditas global, dan ini juga mempengaruhi ekonomi Indonesia yang masih cukup banyak mengandalkan komoditas, terutama batu bara dan CPO.
"Daerah-daerah penghasil komoditas kami perkirakan akan terdampak seperti di beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan," kata dia.
Namun, lanjutnya, pelemahan ekonomi China terhadap negara mitra dagang khususnya di Indonesia seharusnya tidak akan terlalu berdampak signifikan, karena porsi neraca dagang dalam ekonomi tidak terlalu signifikan.
Saat ini, Indonesia hanya bisa mengandalkan pada konsumsi domestic, belanja pemerintah dan Foreign Direct Investment (FDI) dikala kondisi global bermasalah, termasuk ekonomi China yang melambat.
Adapun untuk perdagangan hari ini, (14/7), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.910-Rp15.010 per dolar AS.
Pukul 12.34 WIB, rupiah naik 33 poin atau 0,22 persen menjadi Rp14.932,50 per dolar AS.
Sementara Indeks dolar AS terkoreksi 0,09 persen ke level 99,69.
Pukul 10.43 WIB, rupiah naik 47 poin atau 0,31 persen menjadi Rp14.918,50 per dolar AS.
Sementara Indeks dolar AS terkoreksi 0,18 persen ke level 99,59.