Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia menegaskan sudah selektif memilih calon emiten untuk melaksanakan penawaran umum saham perdana atau atau initial public offering (IPO).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan bahwa bursa tak selalu menerima pengajuan IPO oleh calon emiten sebagai upaya seleksi. Dia mengilustrasikan tingkat penolakan bisa mencapai 30 persen dari total pengajuan yang masuk.
“Probabilitas untuk suksesnya mereka masuk menjadi perusahaan tercatat pada saat pengajuan itu 70 persen. Artinya 30 persen berpotensi kami tolak. Bukan karena kami mengada-ada, tetapi kami memang selektif," jelas Nyoman dalam konferensi pers secara daring, Rabu (28/6/2023).
Dia menambahkan bahwa BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperketat mekanisme pencatatan saham baru, baik dari sisi legal, fundamental, model bisnis hingga aspek kelangsungan usaha.
“Namun terbentuknya harga murni mekanisme pasar. Dalam hal sudah tercatat, kami mewanti-wanti manajemen wajib menunjukkan kinerja [baik] setelah IPO. Termasuk eksekusi rencana yang ada dalam prospektus,” kata dia.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan otoritas bursa telah menerapkan seleksi yang ketat dan menjaring calon emiten berdasarkan kualitasnya. Dia mengatakan perkembangan harga merupakan hal yang berada di luar kendali bursa dan dipicu oleh mekanisme pasar.
Baca Juga
“Kami mencari kualitas, tetapi kami juga mempersilakan perusahaan-perusahaan UMKM untuk listing, tetapi tetap yang punya potensi. Karena itulah kami punya papan akselerasi, papan utama dan papan pengembangan. Meskipun banyak perusahaan listing, kami juga banyak menolak,” kata Iman.
Dia menambahkan bahwa Bursa Efek Indonesia turut meminta perusahaan tercatat untuk menjaga keberlanjutan kinerja setelah IPO. Di sisi lain, dia mencatat tak semua perusahaan dengan harga saham di level puluhan rupiah menunjukkan performa buruk secara fundamental.
“Kami sudah lakukan imbauan bagi perusahaan yang mau listing untuk menunjukkan kinerja baik, karena ada yang harganya Rp50, tetapi kinerja bagus dan tetap profit. Meski ada juga yang bermasalah. Kami terus lakukan perbaikan dan mengharapkan dukungan stakeholder untuk menjaga kualitas,” katanya.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan perusahaan tercatat baru tertinggi di dunia. Per Mei 2023, jumlah perusahaan tercatat mencapai 864 emiten. Jumlah ini naik 4,73 persen dibandingkan dengan akhir 2022 sebanyak 825 emiten.
Pertumbuhan emiten baru di bursa Indonesia tercatat lebih tinggi daripada bursa Thailand yang meningkat 1,48 persen. Pertumbuhan emiten di BEI bahkan melampaui Japan Exchange Group yang naik 0,28 persen atau Shenzhen Stock Exchange yang tumbuh 1,64 persen daripada posisi akhir 2022.
Sementara itu, per 23 Juni 2023, tercatat telah terdapat 44 perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya di bursa. Namun, tak sedikit yang menunjukkan performa harga jauh di bawah harga penawaran.
Contohnya adalah PT Menn Teknologi Indonesia Tbk. (MENN) yang kini bertengger di Rp48 per saham dari harga Rp78 per saham saat IPO 18 April 2023. Ada pula saham PT Multi Makmur Lemindo Tbk. (PIPA) yang kini dibanderol Rp55 per saham dari harga IPO Rp105.