Bisnis.com, JAKARTA — Emiten rokok milik konglomerat Susilo Wonowidjojo PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) kembali memutuskan untuk membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Tak tanggung-tanggung, rasio pembayaran dividen untuk tahun buku 2022 memecahkan rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
Analis Maybank Sekuritas Indonesia Willy Goutama dan Jocelyn Santoso dalam riset yang dipublikasikan akhir Mei 2023 memperkirakan GGRM bisa mencetak pendapatan sebagaimana diperkirakan Maybank tahun ini yakni sebesar Rp145,77 triliun atau naik 16,91 persen YoY. Sementara itu, volume penjualan diestimasi hanya turun sekitar 2 persen pada 2023.
“Kami melihat terdapat kenaikan daya beli pada segmen pasar Gudang Garam dalam lima bulan terakhir karena kenaikan upah minimum,” tulis Willy dan Jocelyn.
Kenaikan harga jual yang telah ditetapkan GGRM diperkirakan akan mengerek penjualan selama semester I/2023 menjadi Rp66,2 triliun atau naik 7 persen YoY dengan EBIT margin menjadi 6,3 persen atau naik 420 basis poin.
Maybank Sekuritas sendiri mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp33.000 untuk saham GGRM. Target ini mengacu pada PER 9,7 kali untuk proyeksi 2023, 1,5 SD di bawah mean 3 tahun.
“GGRM akan memetik keuntungan dari daya beli yang lebih kuat dari target pasarnya. Namun terdapat risiko penurunan volume jual yang lebih besar dan EBIT margin yang lebih kecil,” tulis mereka.
Baca Juga
Sementara itu, rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Gudang Garam yang digelar hari ini, Senin (26/6/2023) di Grand Surya Hotel, Kediri memutuskan untuk membagikan dividen dengan nilai total Rp2,30 triliun.
Mengacu pada total saham GGRM sebanyak 1,92 miliar lembar, maka dividen kali ini setara dengan Rp1.200 per lembar. Dividen GGRM merepresentasikan dividend payout ratio (DPR) sebesar 83,04 persen mengingat laba per saham pada tahun buku 2022 bertengger di Rp1.445 per saham.
“Dividen per saham Rp1.200, lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Meski demikian, rasio pembayaran yang mencapai 83 persen merupakan yang tertinggi dalam sedekade terakhir,” lapor D'Origin, Kamis (26/6/2023).
Rasio pembayaran dividen ini melampaui tahun buku 2021 yang saat itu hanya 77,23 persen. Meski demikian, besaran saham cenderung lebih kecil karena GGRM membukukan laba yang lebih rendah daripada 2021.
Per 31 Desember 2022, Gudang Garam mengantongi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,77 triliun. Capaian itu merefleksikan penurunan sebesar 50,4 persen secara year-on-year (YoY) dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp5,60 triliun.
Kenaikan tersebut tidak terlepas dari kinerja pendapatan yang turun 0,15 persen YoY, dari Rp124,88 triliun pada 2021 menjadi Rp124,68 pada 2022. Sementara itu beban pokok penjualan memperlihatkan kenaikan sebesar 2,69 persen secara tahunan.
Terlepas dari kinerja 2022 yang memperlihatkan penurunan laba dan pendapatan, Gudang Garam berhasil mencetak pertumbuhan pada kuartal I/2023 seiring dengan kebijakan penyesuaian harga jual yang diterapkan. Laba bersih GGRM naik 82,33 persen secara tahunan dari Rp1,07 triliun pada kuartal I/2022 menjadi Rp1,96 triliun pada kuartal I/2023.
Sementara itu, pendapatan bersih tumbuh 1,50 persen year on year (YoY) dari Rp29,29 triliun pada tiga bulan pertama 2022 menjadi Rp29,71 triliun dalam kurun Januari—Maret 2023.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.