Bisnis.com, JAKARTA - Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih loyo di kisaran Rp10 triliun sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (ytd). Hal tersebut membuat broker memutar otak untuk mengerek transaksi harian, salah satunya dengan melakukan diversifikasi bisnis.
Mengacu data BEI, hingga Selasa (20/6/2023), nilai transaksi harian tercatat sebesar Rp10,44 triliun. Nilai transaksi harian tersebut masih lebih kecil jika dibandingkan dengan target RNTH yang ditetapkan oleh BEI sebesar Rp14,75 triliun pada tahun ini.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilanus Nico Demus mengatakan perlu adanya edukasi kepada investor untuk meningkatkan RNTH. Pasalnya, kenaikan jumlah investor belum diiringi peningkatan literasi keuangan.
"Masalahnya, kenaikkan SID [single investor identification] tersebut tidak diikuti dengan peningkatan inklusi dan literasi keuangan. Hal ini tentu menjadi PR bersama untuk kita semua, karena total transaksi pasti akan meningkat mengikuti pemahaman investor dalam berinvestasi," ujarnya kepada Bisnis, Selasa, (20/6/2023).
Lebih lanjut dia mengatakan strategi Pilarmas Sekuritas sebagai broker untuk menjangkau lebih banyak investor yakni melakukan diversifikasi bisnis dan tidak hanya mengandalkan perdagangan efek.
"Kami melakukan diversifikasi bisnis, sehingga tidak hanya mengandalkan equity brokerage namun juga fixed income brokerage dan investment banking. Untuk investment banking, maka broker tersebut harus memiliki izin Penjamin Emisi Efek," lanjutnya.
Baca Juga
Kendati demikian, menurutnya prospek pasar saham pada semester II/2023 masih cerah seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan keyakinan investor untuk masuk ke pasar saham.
"Sejauh ini kami yakin dengan prospek semester 2 mendatang. Apalagi kalau kita perhatikan, sentimen global terkait dengan inflasi yang mulai terkendali, potensi penurunan tingkat suku bunga, telah mendorong keyakinan pelaku pasar dan investor untuk mulai masuk ke dalam investasi yang lebih berisiko seperti saham," pungkasnya.
Dia mengatakan dengan pulihnya pasar obligasi juga memberikan kesempatan kepada divisi fixed income untuk turut berkembang di tahun ini, setelah sebelumnya mengalami penurunan transaksi akibat kenaikkan tingkat suku bunga.