Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Kekayaan Low Tuck Kwong hingga Optimisme IPO AMMN

Berita tentang gesernya Low Tuck Kwong dari posisi puncak orang terkaya di Indonesia menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini.
Ilustrasi top 5. Sumber: Canva
Ilustrasi top 5. Sumber: Canva

Bisnis.com, JAKARTA — Posisi bos emiten batu bara PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), Low Tuck Kwong sebagai orang terkaya di Indonesia tergeser seiring dengan redupnya harga komoditas, termasuk emas hitam.

Berita tentang gesernya Low Tuck Kwong dari posisi puncak orang terkaya di Indonesia menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Jumat (2/6/2023):

1. Gesernya Tahta Low Tuck Kwong & Nasib Emiten Batu Bara (BYAN)

Melansir data Forbes Real Time Billionaires pada Kamis (1/6/2023) pukul 15.00 WIB, nilai kekayaan bersih bos emiten batu bara PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), Low Tuck Kwong, anjlok 6,39 persen sebesar US$1,5 miliar atau sekitar Rp22,43 triliun dengan asumsi kurs Rp14.957/dolar AS. 

Dengan begitu nilai kekayaan bersih Low Tuck Kwong kini tercatat sebesar US$21,3 miliar atau sekitar Rp318,64 triliun.  Alhasil, Low tuck Kwong harus melepas tahtanya setelah dibalap oleh kongomerat grup Djarum duo Hartono.

Turunnya kekayaan Low Tuck Kwong tersebut tidak terlepas dari harga batu bara yang tarsus terkoreksi dalam beberapa waktu terakhir. 

Seiring stabilisasi harga batu bara global tahun ini, tambal sulam pasokan terjadi di antara pasar Eropa dan Asia, bertepatan dengan harga gas yang tengah terjun bebas di Benua Biru. Tak ayal beberapa saham emiten energi, termasuk BYAN pun mengalami koreksi. 


 

2. Ekspansi Manufaktur Melambat, Pelaku Industri Tetap Optimistis

Ekspansi sektor manufaktur terindikasi melanjutkan perlambatan pada Mei 2023. Perlambatan ekonomi global dinilai menjadi faktor penekan. Namun demikian, pelaku usaha lebih optimistis dalam menatap kondisi enam bulan ke depan.

Indikasi perlambatan ekspansi sektor manufaktur terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Mei 2023 yang hanya 50,9, lebih rendah dibandingkan dengan IKI pada April 2023 di level 51.38.

“Tetap ekspansi, meskipun melambat 0,48 poin dibandingkan April 2023,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif saat menyampaikan rilis IKI Mei 2023 di Jakarta, Rabu (31/5/2023).

IKI 50,0 menunjukkan performa manufaktur yang stagnan. IKI < 50,0 menunjukkan kontraksi, adapun IKI >50,0 menunjukkan performa ekspansi. Sejak diluncurkan pada November 2022, pencapaian angka indeks tertinggi terjadi pada Februari 2023, yakni mencapai 5,32. Setelah itu terus menurun.

Febri menjelaskan bahwa perlambatan ekonomi global yang terjadi sejak akhir 2022, kenaikan suku bunga, dan penurunan harga komoditas produk utama ekspor mulai berdampak pada daya beli konsumen dalam negeri.


 

3. Ekspor Pasir Laut RI dan Angin Segar Rencana Reklamasi Singapura

Penghapusan larangan ekspor pasir laut Indonesia ditengarai memberikan keuntungan bagi proyek reklamasi atau perluasan daratan di Singapura.

Kebijakan pembukaan ekspor pasir laut diputuskan Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Pemerintah No 16/2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut yang resmi diundangkan pada 15 Mei 2023. 

Pada pasal 9 beleid terbaru dikemukakan bahwa pemanfaatan sedimen laut didefinisikan sebagai pasir laut dan atau material sedimen lain berupa lumpur diizinkan untuk reklamasi dalam negeri, pembangunan infrastruktur pemerintah serta pembangunan prasarana oleh pelaku usaha. 

Poin terakhir adalah pembukaan ekspor sepanjang kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kendati mendapat pertentangan dari sejumlah kalangan, ekspor pasir laut RI memberikan angin segar bagi Singapura.

Terlebih, Malaysia sebagai eksportir terbesar pasir laut ke Singapura telah mencabut kebijakan tersebut sejak 2019. Walhasil, Negeri Singa harus mencari negara baru untuk mendukung perluasan daratan di negara itu.

Rencana reklamasi Teluk Changi./Gawain Pek - Mothership.sg

4. Ramai-ramai Berburu Peluang Baru Pasar KPR Hijau

Pasar keuangan hijau yang makin berkembang di Indonesia membuka peluang baru bagi industri perbankan di lini penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) hijau atau green KPR. Sejumlah bank pun mulai menjajaki peluang di pasar ini.

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), misalnya, mengembangkan program KPR One House One Tree yang memberikan kesempatan kepada setiap nasabah KPR CIMB Niaga untuk turut berkontribusi dalam gerakan penanaman 1 pohon. Dalam menggelar program tersebut, CIMB Niaga menggaet Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI).

Program tersebut menjadi bagian dari upaya perseroan mendukung capaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Program KPR One House One Tree juga digelar untuk menjaga tutupan hutan dan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.


5. Optimisme IPO AMMN di Tengah Pasar yang Lesu

Kondisi pasar yang volatil tidak menyurutkan langkah PT Amman Mineral Internasional Tbk. untuk melantai di pasar modal pada pertengahan tahun ini. Perseroan masuk dengan klaim kondisi fundamental yang solid dan optimistis bakal berkinerja positif di pasar modal.

Calon emiten yang bakal mendapatkan kode saham AMMN ini telah memulai proses penawaran awal atau bookbuilding dalam rangka initial public offering (IPO) sejak kemarin, Rabu (31/5/2023). Jika berjalan lancar, saham perseroan sudah akan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 5 Juli 2023.

Perusahaan yang tergabung dalam Grup Medco ini menawarkan 7,28 miliar saham dengan harga di kisaran Rp1.650 - Rp1.775 per saham. Artinya, jika seluruh saham berhasil terserap pasar di harga tertinggi, perseroan berpotensi meraih dana IPO Rp12,9 triliun. Ini bakal menjadi salah satu IPO terbesar tahun ini.

Sejauh ini, kinerja saham emiten tambang tidak begitu kuat di pasar saham. Namun, hal ini tampaknya tidak menyurutkan langkah calon emiten di bidang tambang tembaga dan emas ini untuk menjajaki peluang penggalangan modal melalui IPO.

Lagi pula, perseroan melaporkan kinerja keuangan yang cukup solid dan bisa menjadi daya tarik yang memikat bagi calon investor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper