Bisnis.com, JAKARTA — Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex masih membukukan kerugian di tiga bulan pertama 2023 yang disebabkan oleh lesunya kondisi ekonomi negara tujuan ekspor akibat adanya perang Rusia dan Ukraina yang berimbas pada penjualan bersih perseroan.
Direktur Keuangan Sritex Welly Salam mengatakan kondisi perekonomian global termasuk masalah geopolitik Rusia - Ukraina sangat memberikan dampak bagi negara tujuan ekspor terutama di benua Eropa.
“Australia, Afrika dan Amerika ikut terdampak juga, Asia juga tapi tidak sebanyak yang lain,” katanya saat paparan publik, Jumat (26/5/2023).
Bukan hanya pendapatan segmen ekspor yang tertekan, segmen domestik juga ikut terkena imbasnya. Welly mengklaim hal itu disebabkan konsumen domestik yang sebagian besar juga berorientasi pada pasar ekspor.
“Mereka beli dari kami lalu diolah kemudian diekspor,” jelasnya.
Kondisi ini disebut Welly sangat meresahkan pasar ritel dan diperparah dengan isu resesi dan perlambatan konsumsi dan pembelian masyarakat. Hal ini yang menjadikan persaingan bisnis tidak hanya dengan pengusaha domestik namun juga pengusaha tekstil negara berkembang yang lain.
Baca Juga
Welly bilang ini jadi tugas yang cukup berat karena nyatanya kondisi itu makin parah dengan diberlakukannya ketentuan ekspor. Maka dari itu, Sritex melakukan negosiasi baik dengan negara tujuan ekspor maupun ketentuan ekspor Indonesia.
Berdasarkan laporan keuangan, SRIL membukukan penurunan penjualan bersih dari US$181,35 juta menjadi US$86,91 juta atau setara dengan Rp1,30 triliun. Secara persentase, penjualan bersih turun sebesar 52,07 persen.
Penjualan tersebut ditopang oleh segmen domestik sebesar US$45,85 juta dan ekspor sebesar US$41,06 juta. Kedua segmen terdiri atas produk benang, kain jadi, pakaian jadi dan kain mentah. Tidak terdapat penjualan kepada setiap pihak berelasi yang melebihi 10 persen dari jumlah penjualan. Dua segmen ini sama-sama turun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Alhasil, di kuartal I/2023 SRIL masih membukukan rugi bersih sebesar US$9,92 juta atau setara Rp148,64 miliar (estimasi kurs Jisdor 31 Maret Rp14.977 per dolar AS) di kuartal I/2023.
Adapun strategi yang disiapkan Sritex untuk mendongkrak kinerja dan memaksimalkan modal kerja yang tidak banyak yaitu yaitu mengoptimalkan supply chain, untuk efisiensi kebutuhan modal kerja, memonitoring pelaksanaan perjanjian restrukturisasi, mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, optimalisasi strategi pemasaran digital dan lainnya.
Sehingga saat ini Sritex memiliki fokus di EBITDA dan arus kas yang positif terlebih ada kewajiban pembayaran bunga pasca restrukturisasi. Welly bilang pihaknya sudah menyiapkan cadangan khusus untuk pembayaran bunga yang sudah dijadwalkan.