Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditanya Soal Dedolarisasi, Ini Jawaban Mantan Menkeu Chatib Basri

Mantan Menteri Keuangan (2013-2014) Chatib Basri mengungkapkan bahwa banyak yang bertanya kepada dirinya soal potensi realisasi dari dedolarisasi.
Ilustrasi dedolarisasi. Dok. Freepik
Ilustrasi dedolarisasi. Dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Menteri Keuangan (2013-2014) Chatib Basri mengungkapkan bahwa banyak yang bertanya kepada dirinya soal potensi realisasi dari dedolarisasi. Dalam hal ini Renminbi atau Yuan China yang akan menggantikan dolar AS.

“Menurut saya peran dari mata uang Renminbi secara gradual memang akan meningkat, namun dibutuhkan waktu yang amat panjang untuk menggantikan US dollar,” ungkapnya dalam unggahan Instagram pribadi @chatibbasri, Minggu (21/5/2023). 

Chatib mengatakan ada beberapa alasan penjelasan dari hal tersebut. Pertama, base dari Renminbi saat ini masih sangat kecil. 

Sementara untuk isu Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), masih didominasi oleh dolar AS dan Euro yang masing-masing 40 persen. Di sisi lain, peran dari China dalam global aset baru sekitar 4 persen. 

“Akibatnya base yang kecil ini jika kemudian negara-negara ingin beralih dari dolar AS ke Renminbi, maka akan timbul transaction cost,” tambahnya. 

Kedua, lanjut Chatib, potensi Renminbi untuk dipergunakan di semua negara, China harus melakukan capital account liberalisation, tanpa itu, Renminbi tidak fully convertable

Ketiga, Chatib melihat yang sering menjadi perdebatan adalah apa yang disebut sebagai triffin dilemma

“Jika mata uang Cina diinginkan beredar di negara lain maka Cina harus menjalankan current account deficit, apakah China bersedia melakukan?” tutup Chatib. 

Sebelumnya, pada Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ke-42 Asean 2023 di Labuan Bajo (11/5/2023), para pemimpin Para pemimpin negara Asean sepakat untuk mendorong penguatan konektivitas pembayaran regional dan transaksi mata uang lokal masing-masing negara atau dedolarisasi. 

Saat ini Indonesia telah mengimplementasikan transaksi mata uang lokal masing-masing negara (local currency transaction/LCT) dengan sejumlah negara Asean dan lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan. 

Di samping itu, kerja sama LCT dengan Singapura masih dalam tahap pembangunan kerangka kerja sama. 

LCT sendiri merupakan sarana memajukan konektivitas pembayaran regional dan mekanisme transaksi mata uang lokal masing-masing negara Asean.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper