Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Loyo Rp14.923, Hawkish The Fed Bikin Dolar AS Perkasa

Bersama rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia turut melemah di hadapan dolar AS.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah ke level Rp14.923 pada pembukaan perdagangan Jumat (19/5/2023). Pelemahan rupiah dinilai terjadi lantaran ekspektasi terhadap Federal Reserve yang akan kembali menaikkan suku bunga.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (19/5/2023), pukul 09.05 WIB mata uang rupiah turun 0,37 persen ke posisi Rp14.923 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar terpantau menguat 0,01 persen ke level 103,59.

Bersama rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia yang turut melemah di hadapan dolar AS adalah ringgit Malaysia turun 0,31 persen, yuan China turun 0,28 persen, dan rupee India turun 0,25 persen.

Selanjutnya, baht Thailand turun 0,21 persen, dolar Singapura turun 0,06 persen, serta won Korea Selatan turun 0,04 persen.

Sementara itu, mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS pagi ini adalah peso Filipina naik 0,29 persen, yen Jepang naik 0,14 persen, dan dolar Hong Kong naik 0,05 persen.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan mengatakan rupiah berpeluang melemah terhadap dolar AS pada akhir pekan ini. Hal ini disebabkan oleh perubahan ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga acuan AS.

Para pelaku pasar berekspektasi the Fed bakal menaikkan suku bunga lantaran data-data ekonomi AS yang baru dirilis menunjukkan peningkatan. Di antaranya adalah data produksi industri, data klaim tunjangan pengangguran, data indeks manufaktur di area Philadelphia dan data penjualan ritel yang masih menunjukan pertumbuhan. 

Adapun meningkatnya data perekonomian AS dapat mendorong kenaikan inflasi yang saat ini masih jauh dari target 2 persen. Sebagian pelaku pasar juga memperkirakan the Fed masih akan menaikan suku bunga.

“Menurut survei CME yang ditampilkan di FedWatch Tool saat ini, persentase pelaku pasar yang mengekspektasikan kenaikan dan jeda di rapat moneter AS bulan Juni hampir berimbang. Padahal sebelumnya sebagian besar mengekspektasikan jeda,” ujar Ariston dalam riset, Jumat (19/5/2023).

Lebih lanjut, dia mengatakan sentimen pasar terhadap aset berisiko cukup positif pada hari ini. Indeks saham Asia terlihat bergerak naik, sehingga kemungkinan dapat menahan pelemahan rupiah.

Ariston memproyeksi rupiah melemah ke rentang Rp14.900-Rp14.950 dengan potensi support di kisaran Rp14.800 pada perdagangan hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper