Bisnis.com, JAKARTA — Investor kawakan Lo Kheng Hong membeberkan alasannya berinvestasi pada saham PT Intiland Development Tbk. (DILD), dan PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL)
Sosok yang akrab disapa Pak Lo tersebut mengatakan Intiland memiliki 61 proyek dengan nilai sekitar Rp20 triliun. Sementara itu, dalam perhitungannya Intiland memiliki utang sekitar Rp4,5 triliun dengan kas sekitar Rp1,5 triliun.
Berdasarkan perhitungan tersebut, Lo Kheng Hong menyebut aset properti yang dimiliki Intiland mencapai Rp17 triliun. Kemudian nilai aset tersebut jika dibagi dengan 10 miliar saham berarti nilai per saham mencapai Rp1.700.
“Kalau kita beli Rp170 itu artinya saham itu ter-diskon 90 persen itu harga wajarnya,” ujar Lo Kheng Hong dalam Investalk KSPM FEB UI 2023 dikutip Selasa (16/5/2023).
Lebih lanjut, Lo Kheng Hong mengatakan Intiland memiliki sejumlah proyek seperti South Quarter yang terletak di TB Simatupang. Selanjutnya, ada 57 Promenade yang terletak di belakang Plaza Indonesia.
Lo Kheng Hong juga menyebut Intiland menjadi developer pertama yang melakukan reklamasi di Pantai Mutiara. Berikutnya ada sebuah perumahan Taman Harapan Indah yang terletak di Angke dimana Intiland sudah menjadi pengembang selama 40 tahun.
Baca Juga
“Ada perumahan Graha Family yang di tengahnya ada lapangan golf yang tinggal sultan-sultannya Surabaya itu yang developer-nya juga Intiland,” tuturnya.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2023, Intiland mencatatkan jumlah aset senilai Rp15,74 triliun. Jumlah aset tersebut turun dari Rp16,35 triliun dibandingkan akhir Desember 2022.
Jumlah liabilitas Intiland per 31 Maret 2023 mencapai Rp10,13 triliun turun dari Rp9,14 triliun per 31 Desember 2022. Sementara itu, jumlah ekuitas mencapai Rp15,74 triliun sampai kuartal I/2023. Ekuitas tersebut turun dari Rp16,25 triliun dibandingkan akhir 2022.
Kemudian untuk kas dan setara kas akhir periode terjadi penurunan 21,98 persen dari Rp1,45 triliun menjadi Rp1,13 triliun.
Sementara untuk saham Gajah Tunggal, Lo Kheng Hong mengatakan perusahaan tersebut merupakan pabrik terbesar di Asia Tenggara. Dia bahkan menyebut penjualan Gajah Tunggal dapat menyentuh Rp18 triliun pada 2023.
Selain itu, nilai buku per saham disebut mencapai Rp2.000 per sahamnya. Utang Gajah Tunggal pun disebut semakin mengecil. Lo Kheng Hong pun berharap harga Gajah Tunggal bisa kembali meningkat.
“Kalo kita lihat mundur mungkin 10 tahun yang lalu harga sahamnya [GJTL] pernah Rp3.000 loh ya siapa tahu kinerjanya semakin hari semakin baik siapa tahu dia bisa kembali ke harga itu lagi,” katanya.