Bisnis.com, JAKARTA — PT Angkasa Pura II (persero) atau AP II akhirnya berhasil lepas dari jerat pandemi Covid-19 setelah berhasil membukukan laba bersih Rp91,90 miliar sepanjang tahun 2022 dari sebelumnya negatif Rp3,79 triliun.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menuturkan pandemi Covid-19 merupakan tantangan paling berat sepanjang sejarah industri penerbangan dunia, melebihi peristiwa Di tengah pandemi Covid-19, jumlah penumpang pesawat menukik tajam sejalan dengan adanya pembatasan perjalanan di seluruh dunia.
Penumpang pesawat pada 2020 dan 2021 mengalami penurunan hingga hanya sekitar 40 persen dibandingkan dengan realisasi pada 2019 saat belum ada pandemi.
Menurutnya kondisi pada 2022 jauh lebih baik sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi, di mana jumlah penumpang pada tahun itu mencapai sekitar 70 persen dibandingkan dengan pada 2019.
“Setelah di tengah pandemi pada 2020 dan 2021, AP II kini telah berhasil lepas dari hasil negatif dengan membukukan keuntungan pada 2022. Kami optimistis pada 2023 laba bersih akan kembali meningkat,” ujarnya melalui keterangan resmi dikutip Sabtu (13/5/2023).
Secara total, sepanjang 2022 pendapatan AP II tercatat senilai Rp8,41 triliun atau meningkat signifikan 54,55 persen dibandingkan dengan pada 2021 sebanyak Rp5,44 triliun.
Baca Juga
Tumbuhnya pendapatan ini mendorong kinerja positif, di mana sepanjang 2022 AP II berhasil mencetak laba usaha Rp934,11 miliar dari sebelumnya negatif Rp2,52 triliun. Pencapaian ini kemudian membawa AP II berhasil mencetak laba bersih Rp91,90 miliar dari sebelumnya negatif Rp3,79 triliun.
Kendati jumlah penumpang pesawat mulai tumbuh, namun tetap diperlukan upaya lain guna mendorong kinerja keuangan perusahaan.
“Lalu lintas penerbangan pada awal 2022 sudah menunjukkan tren positif, tetapi masih di bawah 2019 saat belum ada pandemi. Karena itu AP II juga menjalankan strategi lainnya guna mendorong pemulihan bisnis,” imbuhnya.
Salah satu strategi mempercepat pemulihan bisnis yang dijalankan AP II adalah pemanfaatan aset melalui tiga program yakni Asset Optimization Program atau brown field asset, Asset Acceleration Program atau asset under construction, dan Asset Utilization Program atau green field asset.
Strategi pemanfaatan aset dijalankan berhasil pada 2022, di mana pendapatan dari konsesi naik 28 persen dibandingkan 2021, lalu bisnis hotel naik 71 persen, dan bisnis lounge meroket 224 persen.
Peningkatan pendapatan dari pemanfaatan aset ini berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan bisnis non-aeronautika.
Pada 2022, pendapatan bisnis non-aeronautika AP II tercatat Rp4,26 triliun atau lebih besar dibandingkan dengan bisnis aeronautika sebanyak Rp4,14 triliun. Adapun sumber pendapatan bisnis aeronautika sebesar 73% berasal dari jasa pelayanan penumpang pesawat.
“AP berhasil mengembangkan bisnis non-aeronautika, sebagaimana operator-operator bandara kelas dunia lainnya. Pendapatan terbesar AP II saat ini berasal dari bisnis non-aeronautika sehingga tidak hanya bergantung pada jumlah penumpang pesawat. Ini membuat AP II dapat lebih tahan terhadap kondisi seperti pandemi yang berdampak pada penurunan lalu lintas penerbangan,” terangnya.