Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Anjlok 2 Persen, Sentimen AS dan China Bikin Waswas

Harga minyak anjlok menyusul tertekannya potensi permintaan di AS dan China, sebagai konsumen terbesar di dunia.
Harga minyak anjlok menyusul tertekannya potensi permintaan di AS dan China, sebagai konsumen terbesar di dunia. /Bloomberg
Harga minyak anjlok menyusul tertekannya potensi permintaan di AS dan China, sebagai konsumen terbesar di dunia. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak anjlok 2 persen ke level terendah satu minggu pada akhir perdagangan Kamis (11/5/2023) karena kekhawatiran potensi menurunnya permintaan global.

Permintaan minyak diperkirakan tertekan akibat kebuntuan politik atas plafon utang AS memicu kegelisahan resesi di konsumen minyak terbesar dunia, sementara meningkatnya klaim pengangguran AS dan data ekonomi China yang lemah membebani pasar.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli jatuh US$1,43 atau 1,9 persen menjadi US$74,98 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni tergelincir US$1,69 atau 2,3 persen. Itu adalah penutupan terendah untuk kedua harga acuan sejak 4 Mei.

Dolar AS naik ke level tertinggi sejak 1 Mei terhadap sekeranjang mata uang utama, setelah data klaim pengangguran AS baru-baru ini memperkuat kasus Federal Reserve untuk menghentikan kenaikan suku bunga tetapi tidak mendorong ekspektasi penurunan suku bunga akhir tahun.

Greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal di negara lain. Suku bunga yang lebih tinggi dapat membebani permintaan minyak karena meningkatkan biaya pinjaman, menekan pertumbuhan ekonomi.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang federal sebesar US$31,4 triliun dan mencegah gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan memicu penurunan ekonomi global.

"Ketidakpastian mengenai plafon utang AS, masalah perbankan baru-baru ini yang dapat mendorong krisis kredit di sebagian besar industri minyak dan kemungkinan kuat berlanjutnya resesi tetap menjadi hambatan signifikan bagi pasar minyak," kata analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan, mengutip Antara.

Menjaga tekanan pada harga minyak, indeks saham Dow dan S&P 500 AS jatuh setelah kesengsaraan terbaru bank PacWest Bancorp yang berbasis di California memicu kejatuhan lain di sektor perbankan regional.

Jangka waktu suku bunga tinggi yang diperpanjang dapat memberi lebih banyak tekanan pada bank, tetapi akan diperlukan jika inflasi tetap tinggi, kata Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari.

Harga produsen AS naik moderat bulan lalu, kenaikan inflasi produsen tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun.

Dalam berita AS lainnya, pemerintahan Presiden Joe Biden mengungkap rencana besar-besaran untuk memangkas emisi gas rumah kaca dari industri listrik, salah satu langkah terbesar sejauh ini dalam upayanya mendekarbonisasi ekonomi untuk memerangi perubahan iklim.

Pinjaman baru bank China jatuh jauh lebih tajam dari yang diharapkan pada April, menambah kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi pasca-pandemi kehilangan tenaga.

"Harga minyak lebih rendah setelah putaran lain data China, kali ini metrik uang, mengonfirmasi pembukaan kembali ekonomi mereka dari COVID terus mengecewakan," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Pasar minyak sebagian besar mengabaikan perkiraan permintaan minyak global Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk tahun 2023, yang memproyeksikan permintaan di China, importir minyak terbesar dunia, akan meningkat.

OPEC memproyeksikan permintaan minyak China akan naik 800.000 barel per hari, naik dari perkiraan 760.000 barel per hari bulan lalu.

Namun, OPEC mengatakan bahwa peningkatan permintaan China dapat diimbangi oleh risiko ekonomi di tempat lain, termasuk pertarungan plafon utang AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper