Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah hari ini dibuka melemah bersama mata uang Asia lainnya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (12/5/2023), pada 09.01 WIB, rupiah melemah 0,27 persen atau 39,50 poin ke Rp14.761, sementara itu indek dolar AS juga turun 0,04 persen atau 0,04 poin ke 102,02.
Bersama rupiah, baht Thailand melemah 0,15 persen, ringgit Malaysia melemah 0,29 persen, won Korea Selatan melemah 0,58 persen. Sementara itu yen Jepang menguat 0,02 persen, dan yuan China juga menguat 0,01 persen.
Dari luar negeri, pergerakan greenback masih terpengaruh oleh negosiasi pagu utang AS. Mengutip Reuters, Jumat (12/5/2023), Menteri Keuangan AS Janet Yellen akan membahas kebuntuan atas kenaikan plafon utang pemerintah dengan anggota dewan dari kelompok lobi Bank Policy Institute minggu depan. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pejabat senior Departemen Keuangan kepada Reuters.
Pertemuan Yellen dengan dewan Bank Policy Institure, yang mencakup kepala eksekutif JP Morgan, Jamie Dimon, dan Citigroup's, Jane Fraser, sebelumnya pertama kali dilaporkan oleh Politico.
Pemerintah federal AS dapat kehabisan uang untuk membayar tagihannya paling cepat 1 Juni, kata Departemen Keuangan, kecuali plafon utang dinaikkan.
Baca Juga
Pertemuan batas utang antara Presiden AS Joe Biden dan anggota parlemen terkemuka yang dijadwalkan pada Jumat telah ditunda, dan para pemimpin setuju untuk bertemu awal minggu depan.
Perwakilan dari kedua belah pihak telah mulai membahas cara-cara untuk membatasi pengeluaran pemerintah federal, karena pembicaraan tentang peningkatan plafon utang pemerintah sebesar US$31,4 triliun untuk menghindari bencana gagal bayar yang kian dekat.
Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan hari ini, rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.690-Rp14.760," ujar Ibrahim.
Dari dalam negeri, pelaku pasar merespon positif terhadap pernyataan dari gubernur Bank Indonesia (BI) yang menegaskan bahwa perbankan Indonesia cukup kuat menghadapi berbagai tekanan, seperti dampak penutupan sejumlah bank di Amerika Serikat maupun kondisi pasar keuangan global.
Stabilitas sistem keuangan Indonesia pada 2022 hingga Maret 2023 menunjukkan ketahanan yang kuat dan mampu menyediakan kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional.