Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat Rp14.732 saat Biden dan Kongres AS Berunding

Rupiah hari ini ditutup menguat 0,07 persen ke level Rp14.732 per dolar AS.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp14.732 pada perdagangan, Rabu (10/5/2023). Penguatan rupiah terjadi kala indeks dolar naik pada hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,07 persen ke level Rp14.732 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat tipis 0,01 persen ke level 101,61.

Sementara itu, mata uang kawasan Asia yang turut ditutup menguat adalah dolar peso Filipina naik 0,13 persen, Hong Kong naik 0,12 persen, dolar Taiwan naik 0,05 persen, dan baht Thailand naik 0,01 persen.

Kemudian mata uang kawasan Asia yang melemah adalah ringgit Malaysia turun 0,15 persen, yuan China turun 0,12 persen, won Korea Selatan turun 0,08 persen, dolar Singapura turun 0,04 persen, dan rupee India turun 0,02 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar menguat secara luas pasca Presiden AS Joe Biden dan anggota parlemen gagal memecahkan krisis plafon utang. Adapun pergerakan mata uang marjinal di tengah kehati-hatian jelang data inflasi AS.

Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Kevin McCarthy terpecah dalam peningkatan batas utang US$31,4 triliun. Namun, kedua pihak sepakat untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut.

Greenback turun sedikit di perdagangan Asia, sambil mempertahankan sebagian besar kenaikannya dari sesi sebelumnya karena kegugupan atas data inflasi AS hari Rabu membuat mata uang safe-haven tetap menguat,” ujar Ibrahim dalam riset, Rabu (10/5/2023).

Lebih lanjut, dia mengatakan para ekonom dari survei Reuters memperkirakan harga konsumen inti di AS naik 5,5 persen secara year-on-year (YoY) pada April 2023. Adanya peningkatan pada data tersebut terjadi setelah the Fed membuka peluang adanya jeda dalam menaikkan suku bunga.

Pasar uang juga memperkirakan peluang sekitar 80 persen kemungkinan the Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Juni 2023. Penurunan suku bunga juga diperkirakan mulai pada Juli 2023 sampai akhir 2023.

“Meningkatnya ekspektasi bahwa Fed akan mulai memangkas suku bunga akhir tahun ini telah didorong oleh tekanan baru-baru ini di sektor perbankan setelah jatuhnya Silicon Valley Bank pada bulan Maret,” katanya.

Dari dalam negeri, dia menyebut pasar merespon positif pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) yang diprediksi tumbuh 5,07 persen secara YoY pada semester I/2023. Angka tersebut diperkirakan lebih tinggi dari kenaikan 5,03 persen pada kuartal I/2023.

Pelemahan ekonomi global disebut telah menekan kinerja beberapa industri orientasi ekspor seperti garmen, kayu lapis, dan furnitur. Masing-masing industri tersebut mengalami kontraksi -22,7 persen, -37,5 persen, dan -37,1 persen secara YoY pada Maret 2023.

Menurut Ibrahim tantangan ekonomi Indonesia tahun ini adalah potensi penerimaan dari sektor komoditas yang berpotensi menurun. Namun, dia menyebut koreksi harga komoditas merupakan proses normalisasi setelah adanya lonjakan selama 2021 sampai 2022.

“Walaupun harga-harga terkoreksi namun akan masih lebih tinggi dibandingkan harga sebelum pandemi Covid-19 dan masih menguntungkan,” katanya. 

Per 8 Mei 2023, beberapa komoditas mengalami penurunan seperti harga batu bara Newcastle turun 58 persen menjadi US$169,7 per ton, CPO FOB Malaysia turun 2,8 persen menjadi US$920,4 per ton, dan harga nikel turun 18,4 persen menjadi US$24.531 per ton sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (YtD).

Ibrahim memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan besok. Namun, ditutup menguat pada rentang Rp14.700- Rp14.770 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper