Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Grup Triputra milik konglomerat TP Rachmat PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) akan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) di kisaran Rp1,5 triliun sampai Rp1,7 triliun untuk mendukung bisnis 2023.
Direktur Keuangan Adi Sarana Armada Jerry Fandi mengatakan sebagian besar capex akan digunakan untuk pengadaan mobil untuk menunjang operasional segmen bisnis penyewaan. Per kuartal I/2023, segmen ini memberi kontribusi sebesar 43,07 persen pada total pendapatan Rp1,14 triliun atau setara dengan Rp493,75 miliar.
“Alokasi terbesar untuk ASSA rent karena memang beraset besar, sementara untuk bisnis penjualan mobil bekas tidak besar dan untuk logistik Anteraja juga kecil. Kami rencananya kembali melakukan pembelian mobil dan alokasi capex di Rp1,5 triliun sampai Rp1,7 triliun,” kata Jerry dalam diskusi daring bersama Jasa Capital Utama Sekuritas, Selasa (9/5/2023).
Jerry menambahkan pendanaan untuk belanja modal berasal dari pinjaman bank dengan kombinasi bunga tetap (fixed) dan floating. Dari suntikan pinjaman perbankan tersebut, Jerry mengatakan sebagian besar menggunakan bunga floating meskipun terdapat tren suku bunga tinggi dalam setahun terakhir.
“Pinjaman yang kami terima semua dalam rupiah sehingga terbebas dari risiko nilai tukar. Sementara itu komposisi fixed hanya sekitar 10—15 persen,” katanya.
Keputusan ASSA untuk menarik pinjaman dengan bunga mengambang dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kenaikan suku bunga bakal lebih terbatas dan akan memasuki tren penurunan pada tahun ini.
Baca Juga
“Kami melihat push factor untuk menaikkan suku bunga telah turun, kami melihat kecenderungan ke sana.”
Total liabilitas ASSA per 31 Maret 2023 cenderung stabil di Rp4,79 triliun dibandingkan dengan akhir 2022. Adapun liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam kurun satu tahun juga bertahan di kisaran Rp2,20 triliun.
Induk usaha dari perusahaan pengelola AnterAja, PT Tri Adi Bersama, tersebut membukukan pendapatan sebesar Rp1,14 triliun pada Kuartal I/2023, turun 25,38 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 yang mencapai Rp1,53 triliun. Penurunan terutama dipicu oleh penurunan pendapatan bisnis AnterAja sebesar 52,95 persen dari Rp899,17 miliar pada kuartal I/2022 menjadi Rp423,04 miliar.