Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,46 persen ke posisi 6.844,03 pada perdagangan Kamis (4/5/2023) setelah pasar merespons kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin dalam pertemuan 2—3 Mei 2023. Pasar juga menanti rilis kinerja ekonomi Indonesia kuartal I/2023 pada Jumat (5/5/2023).
IHSG tercatat menguat 31,30 poin dan sempat mencapai posisi tertinggi di 6.846,12 dan terendah di 6.780,09. Sebanyak 282 saham ditutup parkir di zona hijau, 239 saham melemah, dan 212 saham lainnya ditutup di posisi yang sama dengan harga kemarin.
Indeks sektoral terpantau ditutup bervariasi dengan penurunan terdalam terlihat pada sektor energi yang melemah 1,45 persen. Kemudian disusul sektor industri yang melemah 1,33 persen dan transportasi melemah 1,16 persen.
Sebagian besar indeks sektoral ditutup menguat dengan kenaikan tertinggi pada indeks sektor teknologi yang terapresiasi 1,38 persen. Saham GOTO memuncaki kenaikan dengan harga yang menguat 9 persen sehingga parkir di Rp109. Selanjutnya WIFI dan WIRG menguat masing-masing 6,42 persen dan 5,51 persen.
Sektor lain yang menguat adalah transportasi sebesar 0,69 persen, infrastruktur menguat 1,29 persen, konsumer non-cyclical naik 0,30 persen, dan industri naik 0,63 persen.
Sementara itu, sektor yang melemah adalah energi dengan penurunan sebesar 0,79 persen dan finansial turun 0,14 persen.
Baca Juga
Saham-saham di daftar top 10 big cap ditutup bervariasi. Namun BYAN menikmati kenaikan tertinggi sebesar 1,92 persen dan disusul UNVR yang menguat 1,14 persen. BBRI dan BBCA menyusul dengan kenaikan masing-masing 0,98 persen dan 0,84 persen.
Sementara itu, saham berkapitalisasi jumbo yang melemah di antaranya adalah BBNI turun 1,85 persen dan BMRI melemah 0,96 persen.
Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan IHSG dan bursa regional Asia menguat seiring dengan sikap pelaku pasar yang sebelumnya sudah mengantisipasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat.
Naiknya tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi salah satu langkah yang paling agresif bagi The Fed dalam melawan inflasi. Di sisi lain, pernyataan Jerome Powell bahwa the Fed masih memandang inflasi terlalu tinggi dan terlalu dini untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga membawa sinyal bahwa kenaikan suku bunga belum akan berakhir.
Sementara itu dari dalam negeri, pasar merespons positif penyampaian laporan keuangan emiten yang membukukan kinerja positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini memberikan gambaran pemulihan aktivitas dunia usaha sehingga menopang ekonomi. Di sisi lain, pasar juga menanti rilis pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 yang diprediksi lebih baik dari periode tahun lalu.