Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai penerbitan surat utang hijau atau green bonds belum akan masif karena insentif yang masih minim.
Analis Pefindo Kreshna Dwinanta Armand mengatakan bahwa sejatinya sudah ada road map untuk penerbitan green bonds. Meskipun demikian, insentif yang masih belum signifikan membuat minat swasta untuk menerbitkan green bonds masih rendah.
“Mungkin di lapangan itu belum terlihat insentif yang begitu signifikan sehingga belum encourage obligasi hijau secara masif,” ujar Kreshna dalam konferensi pers, Kamis (27/4/2023).
Menurutnya, penerbitan green bonds cenderung dilakukan pada sektor keuangan. Beberapa contoh yang sudah ada adalah PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
Salah satu alasan diadakannya penerbitan green bonds adalah Indonesia yang menjadi tuan rumah G20 pada tahun lalu dengan pilihan penyaluran untuk jasa keuangan.
Lebih lanjut, dia mengatakan bisnis utama dari sektor perbankan maupun keuangan adalah untuk menyalurkan dana kepada lembaga-lembaga yang membutuhkan. Dia mencontohkan SMI yang menyalurkan dana untuk pembangunan infrastruktur hijau.
Baca Juga
“Banyak juga infrastruktur yang masuk kategori hijau seperti public transport, dan pembangkit listrik tenaga hidro itu yang juga menjadi targetnya,” tuturnya.
Di sisi lain, green bonds juga memiliki tantangan karena cukup tingginya minat untuk merepresentasikan proyek hijau. Hal ini menyebabkan banyak pihak yang melakukan pembiayaan langsung baik secara bilateral maupun multilateral tanpa melalui mekanisme penerbitan obligasi.
Sejauh ini sektor perbankan khususnya Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) lebih didorong untuk menerbitkan obligasi hijau. Kreshna menyebut ada kemungkinan penerbitan green bonds lebih didorong oleh lembaga khusus keuangan dan juga Himbara pada tahun ini.
“Tahun ini mungkin kadarnya masih gradual ya, masih dalam tahap inisiatif semua. Jadi masih meraba yang untuk lebih ke arah pasang kaki dulu dibanding mau penerbitan masif,” katanya.