Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menguat pada Kamis (27/4/2023), berbalik naik dari penurunan sehari sebelumnya meski belum menembus US$2.000.
Harga emas naik karena data ekonomi AS yang lebih rendah dari perkiraan mendorong permintaan safe-haven terhadap logam kuning, mengutip Antara.
Harga emas paling aktif untuk pengiriman Juni di Divisi Comex New York Exchange, naik US$3 atau 0,15 persen menjadi US$1.999,00 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.013,30 dan terendah di US$1.982,00.
Departemen Perdagangan AS melaporkan Kamis (27/4) bahwa produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh pada tingkat tahunan 1,1 persen pada kuartal pertama 2023, turun dari tingkat pertumbuhan 2,6 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2022 dan juga lebih rendah dari perkiraan 2,00 persen oleh para ekonom.
Data yang lebih rendah dari perkiraan menimbulkan kekhawatiran tentang potensi resesi ekonomi. Dolar AS menguat setelah rilis data yang menghambat kenaikan emas lebih lanjut.
Data ekonomi lainnya yang dirilis Kamis (27/4) beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS mencapai 230.000 dalam pekan yang berakhir 22 April, turun 16.000 dari minggu sebelumnya.
Baca Juga
National Association of Realtors (NAR) melaporkan bahwa indeks penjualan rumah tertunda AS, indikator utama penjualan rumah berdasarkan penandatanganan kontrak, turun 5,2 persen menjadi 78,9 pada Maret, penurunan pertama kali dalam empat bulan. Para ekonom memperkirakan indeks naik 0,5 persen.
Sementara itu, pertemuan kebijakan Federal Reserve dijadwalkan minggu depan. Namun terlepas dari tanda-tanda pertumbuhan yang melambat, beberapa pejabat Fed menyerukan kenaikan suku bunga lagi tahun ini, terutama karena inflasi tetap jauh di atas kisaran target bank sentral.
Skenario seperti itu menjadi pertanda buruk bagi emas dan logam lainnya, mengingat hal itu mendorong peluang kerugian memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.