Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah dibuka menguat setelah sempat kembali mendekati Rp15.000 per dolar pada perdagangan hari pertama setelah libur Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah/2023.
Mengutip data Bloomberg, pada Rabu (26/4/2023), rupiah terpantau menguat 35 poin atau 0,23 persen ke Rp14.904 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,03 persen ke 101,82.
Rupiah menguat bersama sejumlah mata uang di Asia seperti yen Jepang yang menguat 0,19 persen, dolar Taiwan yang menguat 0,05 persen, yuan China menguat 0,17 persen, dan baht Thailand menguat 0,26 persen.
Sebelumnya, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Prasetya Gunadi mengungkapkan arus masuk ke pasar obligasi Indonesia cukup besar mencapai Rp55,7 triliun sepanjang 2023 berjalan (year-to-date/ytd). Hal ini berkontribusi mendongkrak rupiah menguat ke bawah Rp14.800 dibandingkan dengan titik terendahnya di Rp15.600 per dolar AS pada akhir 2022.
"Kami meyakini, aliran dana asing yang masuk dapat membantu meningkatkan nilai ekuitas dalam jangka panjang, karena Indonesia dianggap sebagai safe haven di tengah meningkatnya volatilitas makro global, didukung konsumsi rumah tangga domestik," jelasnya dalam riset.
Sementara itu, sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Dari internal sendiri yaitu Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan BI 7-day Reverse Repo Rate (DRRR) pada level 5,75 persen. Hal ini menjadi kali ketiga secara berturut-turut bank sentral mempertahankan suku bunga acuan. Dengan demikian, suku bunga deposit facility pun bertahan di level 5 persen dan lending facility tetap di level 6,5 persen.
Baca Juga
Keputusan tersebut tetap konsisten dengan arah kebijakan moneter preemptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan. Suku bunga acuan yang sebesar 5,75 persen memadai untuk mengarahkan inflasi inti tetap terkendali dalam kisaran 3 plus minus 1 persen di sisa tahun 2023 dan inflasi indeks harga konsumen akan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen lebih awal dari sebelumnya.
"Keputusan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan juga berlandaskan prospek pertumbuhan ekonomi nasional masih positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai level atas pada kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen,” katanya.
Sejalan dengan hal tersebut, neraca pembayaran Indonesia diproyeksi juga tetap terjaga untuk mendukung ketahanan eksternal. Neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal pertama tahun ini mencatat surplus ditopang oleh surplus neraca perdagangan serta neraca transaksi modal dan finansial.
“Selain itu, nilai tukar rupiah juga masih terjaga. Ke depan Bank Indonesia memperkirakan rupiah akan terus berlanjut menguat sejalan dengan surplusnya transaksi berjalan dan berlanjutnya aliran modal asing masuk,” lanjutnya.
Dengan demikian, Ibrahim memperkirakan pada perdagangan setelah libur lebaran, Rabu (26/4/2023), mata uang rupiah diperkirakan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.810 - Rp14.900 per dolar AS.