Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada penutupan perdagangan Senin (24/4/2023) waktu setempat setelah merosot pada pekan lalu lantaran banyak investor berhenti sejenak sambil menunggu petunjuk lebih lanjut mengenai prospek permintaan.
Mengutip Bloomberg, Selasa (25/4/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik untuk diperdagangkan mendekati U$79 per barel, berayun dalam kisaran US$2,50 selama sesi bergejolak sepanjang hari. Pekan lalu, komoditas tersebut mengalami penurunan mingguan terbesar sejak krisis perbankan pada Maret di tengah tanda-tanda penyusutan margin perusahaan penyulingan di Asia.
"Ada banyak pedagang yang istirahat di sela-sela mencoba mencari arah. Pedagang sedang mencari penurunan untuk masuk; jika ke level US$75, kita bisa mulai membuatnya jauh lebih tinggi," kata Carley Garner, Broker Komoditas dan Pakar Strategi di DeCarley Trading.
Minyak mentah telah menghapus hampir semua reli yang terlihat awal bulan ini setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi baru yang mengejutkan.
Citigroup Inc. mengatakan terkejut dengan besarnya penurunan margin penyulingan Asia, yang sebagian disebabkan oleh peningkatan kilang baru di Timur Tengah.
Akhir pekan ini, Federal Reserve akan merilis laporan utamanya yang terakhir tentang pekerjaan AS, inflasi dan pengeluaran konsumen sebelum pertemuan kebijakan bulan Mei.
Baca Juga
Selain itu, beberapa perusahaan minyak terbesar dunia, termasuk Chevron dan Exxon, akan melaporkan pendapatan kuartal pertama mereka pada Jumat pekan ini.
Adapun sejumlah data yang dirilis pekan lalu memperkuat taruhan kenaikan suku bunga 25 basis poin oleh Federal Reserve pada Mei 2023, dengan pedagang pasar uang memperkirakan peluang 92 persen dari langkah tersebut, menurut sistem pengukur Fedwatch CME Group.
Pembuat kebijakan Fed mengatakan dalam seminggu terakhir bahwa bank sentral memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menurunkan inflasi.
Imbal hasil obligasi AS melemah menyusul tanda-tanda perlambatan inflasi dan aktivitas ekonomi baru-baru ini, meskipun investor tampak semakin khawatir tentang kebuntuan pengeluaran pemerintah dan potensi Amerika Serikat mencapai batas plafon utangnya lebih cepat dari yang diharapkan.