Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global masih bergerak di zona merah meski masih mentereng di atas US$2.000 per troy ons. Banderol emas diperkirakan masih bisa mencapai puncaknya tahun ini.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (7/4/2023) pukul 15.00 WIB, harga emas Comex terpantau turun 9,20 poin atau 0,45 persen ke US$2.026,40 per troy ons. Sementara itu, harga emas spot terpantau turun 12,82 poin atau 0,63 persen ke US$2.007,91 per troy ons.
Research & Development ICDX, Revandra Aritama mengatakan pada kuartal II/2023 sejumlah sentimen membayangi pergerakan harga emas, di antaranya pengaruh krisis perbankan dunia terhadap kondisi ekonomi, kebijakan The Fed menyusul kondisi ekonomi saat ini, dan kondisi inflasi AS.
"Kami memproyeksikan range harga emas akan berada di sekitar US$1.850-US$2.050 per oz," ujarnya saat ditemui Kamis (6/4/2023).
Revan mengatakan sentimen pergerakan harga emas tidak jauh dari kebijakan suku bunga The Fed, baik jika The Fed akan menahan atau menurunkan suku bunga.
"Kalau suku bunga diturunkan sementara inflasi masih tinggi, ada peluang buat emas akan naik, kami coba ambil harga yang agak ekstrem mungkin mendekati all time high seperti yang terjadi pada 2020, di US$2.050 per ons," katanya.
Soal efek krisis perbankan global, Revan mengatakan jika pengaruhnya tidak terlalu besar, ekonomi AS pertumbuhannya baik, dan The Fed masih akan lanjut naikkan suku bunga, ada kemungkinan harga emas bisa turun lagi karena indeks dolar AS bisa naik lagi karena kebijakan kenaikan suku bunga.
Adapun, dari naik turunnya harga emas, akan mempengaruhi pergerakan instrumen investasi lainnya seperti obligasi. Pasalnya, pada umumnya harga emas bergereak berlawanan dengan return obligasi.
"Kalau obligasi naik harga emas turun dan sebaliknya. Kalau untuk komoditas lain pengaruhnya tidak secara langsung, mungkin bisa seperti misalnya harga energi naik, memicu inflasi, nah pasti harga emas ikutan naik," jelasnya.
Harga Emas Turun, Masih Sanggup All Time High?
Harga emas masih berpotensi naik menuju all time high, menantikan kebijakan The Fed selanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Reni Lestari
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
10 jam yang lalu
WIKA Beton WTON Kantongi Kontrak Baru Rp4,9 T per Oktober 2024
10 jam yang lalu