Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) dan Produsen jamu dan produk herbal PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) menetapkan cum dividen pada hari ini, Kamis (6/4/2023).
Cum date atau tanggal cum dividen merupakan tanggal terakhir bagi investor yang ingin membeli saham tertentu dan berhak untuk mendapatkan dividen perusahaan yang telah diumumkan.
Mataharu resmi memutuskan pembagian dividen sebesar Rp525 per saham atau total Rp1,24 triliun untuk tahun buku 2022. Pembagian dividen ini disepakati dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar Rabu (29/3/2023).
Manajemen LPPF menjelaskan dividen final akan dibayarkan pada 17 April 2023. Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 6 April 2023, sedangkan cum dividen di pasar tunai pada 11 April 2023. Hal ini sesuai dengan kebijakan manajemen untuk pembayaran dividen sebesar minimum 50 persen dari laba.
“Direksi berkomitmen untuk memaksimalkan nilai bagi pemegang saham di masa depan,” kata CEO Matahari Terry O'Connor dalam keterangan resmi.
Matahari mengakumulasi pendapatan bersih sebesar Rp6,45 triliun atau naik 15,5 persen pada 2022 dibandingkan dengan 2021 yang berada di angka Rp5,58 triliun.
Baca Juga
Seiring dengan kenaikan pendapatan tersebut, Matahari berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp1,38 triliun atau meningkat 51,52 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp912,85 miliar. Laba pada 2022 juga telah berada di atas 2019 atau sebelum pandemi yang saat itu bertengger di Rp1,36 triliun.
Sementara itu, SIDO akan melakukan pembagian dividen final sebesar Rp23 per saham atau total Rp690 miliar. Hal itu diputuskan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar pada Rabu (29/3/2023). Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 6 April 2023, sedangkan cum dividen di pasar tunai pada 11 April 2023.
SIDO tercatat telah menebar dividen interim sebesar Rp13,5 per saham. Dengan demikian, total dividen untuk tahun buku yang diberikan SIDO mencapai Rp36,5 per saham. Nilai itu mencerminkan rasio pembayaran dividen atau dividen payout ratio (DPR) sebesar 99,13 persen. Laba per saham SIDO pada 2022 tercatat sebesar Rp36,82 per saham.
“Pembayaran dividen pada 28 April 2023,” tulis manajemen SIDO dalam keterbukaan informasi, Kamis (30/3/2023).
SIDO menutup tahun buku 2022 dengan capaian laba bersih yang menyusut menjadi Rp1,1 triliun. Secara akumulasi, laba bersih Sido Muncul pada 2022 turun 12,38 persen year-on-year (YoY) dibandingkan dengan Rp1,26 triliun pada 2021. Meski turun, profit SIDO yang menembus melampaui capaian pada 2019 dan 2020 yang tercatat berturut-turut sebesar Rp807,68 miliar dan Rp943,01 miliar.
Turunnya laba tidak lepas dari penjualan yang terkoreksi sebesar 3,86 persen YoY dari Rp4,02 triliun pada 2021 menjadi Rp3,87 triliun pada 2022. Penjualan SIDO itu bersumber dari jamu herbal dan suplemen Rp2,63 triliun, makanan dan minuman Rp1,09 triliun, serta farmasi Rp143,05 miliar.
Manajemen Sido Muncul melaporkan bahwa penjualan pada kuartal IV/2022 tumbuh 25 persen daripada kuartal III/2022. Begitu pula dengan laba bersih yang naik 40 persen secara kuartalan.
"Sesuai dengan komitmen, kami terus menunjukkan perbaikan terutama pada semester kedua. Kami menargetkan laba bersih tumbuh 20 persen dari kuartal III/2022 ke kuartal IV/2022 dan berhasil membukukan pertumbuhan laba sebesar 40 persen,” tulis Direktur Sido Muncul Leonard dalam keterangan resmi pada Februari 2023.
Pendapatan SIDO pada kuartal keempat 2022 memang tertinggi dibandingkan dengan kuartal-kuartal sebelumnya. Pada kurun Oktober—Desember 2022, SIDO membukukan pendapatan sebesar Rp1,25 triliun atau naik 25 persen daripada kuartal III/2022 sebesar Rp1 triliun. Pendapatan di kuartal IV/2022 juga lebih tinggi daripada periode yang sama di 2021 sebesar Rp1,24 triliun.
Performa bottom line SIDO pada kuartal IV/2022 juga lebih baik daripada kuartal sebelumnya. Laba bersih pada kuartal IV/2022 mencapai Rp384,72 miliar, sementara pada kuartal sebelumnya sebesar Rp274,85 miliar. Hal ini membuat margin laba Sido Muncul membaik dari sebelumnya 27,44 persen menjadi 30,70 persen.
Leonard menjelaskan bahwa penurunan kinerja sepanjang 2022 dipengaruhi oleh permintaan masyarakat untuk produk herbal atau kesehatan. Sebelumnya, kinerja pada 2021 mengalami peningkatan karena penyebaran varian Delta Covid-19.
Kenaikan harga bahan baku juga menjadi faktor yang menggerus laba Sido Muncul. Manajemen turut menyebutkan perkembangan inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
“Sido Muncul juga tetap menjaga posisi keuangan yang sehat dengan posisi kas bersih dan rasio pembayaran dividen yang tinggi di atas 90 persen,” kata Leonard.