Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dilema Pilihan Presiden Biden Saat Harga Minyak Mentah Melambung Tinggi

Aliansi negara produsen minyak memutuskan memangkas produksi tambahan sebesar 1 juta barrel yang membuat harga melambung.
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Langkah yang tidak terduga datang dari aliansi negara pengekspor minyak plus Rusia (OPEC+). Negara produsen energi dunia itu memutuskan melakukan pengurangan produksi tambahan sebesar 1 juta barel per hari. Pengurangan lanjutan setelah sebelumnya pada Oktober 2022 lalu juga mengurangi produksi sebesar 2 juta barrel. Selanjutnya, produksi juga akan berkurang sering kebijakan Rusia menurunkan hasil minyaknya 500.000 barel per hari.

Kebijakan tambahan ini berdampak pada naiknya harga bahan bakar dunia hingga 6 persen lebih untuk jenis WTI maupun Brent per pukul 19:57 waktu Singapura. 

Menariknya, keputusan ini berbarengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, akan meluncurkan kampanye pemilihannya kembali. Dalam menghadapi situasi ini, Biden memiliki beberapa opsi yang terbatas. 

Mengutip Bloomberg (3/4/2023), berikut beberapa opsi yang dapat dilakukan oleh Biden. 

1. Cadangan dari Strategic Petroleum Reserve

Biden mungkin akan mengeluarkan minyak lagi dari Strategic Petroleum Reserve (SPR). Stok cadangan darurat ini dibuat pada tahun 1970-an, setelah embargo minyak Arab. Berdasarkan data dari Departemen Energi, stok ini menampung sekitar 370 juta barel, setengah dari kapasitas SPR. 

Penanggung jawab menjadikan pengisian ulang SPR sebagai prioritas. Namun hal ini terhambat oleh faktor-faktor yang teknis seperti sedang dilakukannya maintenance di dua dari empat lokasi cadangan. 

Selain itu, Jennifer Granholm selaku Sekretaris Energi, mengatakan bahwa pemerintah tidak dapat melepaskan minyak dari cache dan mengisinya kembali pada saat yang sama. Oleh karena itu, penjualan darurat kemungkinan akan menunda lebih lanjut rencana pengisian ulang.

Namun, Kevin Book, direktur pelaksana ClearView Energy Partners, sebuah perusahaan konsultan Washington, mengatakan tidak ada yang menghentikan pelepasan cadangan. 

2. Menekan Produsen AS

Aksi ini lantaran dapat menjadi pilihan mengingat adanya ‘serangan politik’ terhadap sektor energi AS yang mengabaikan permintaan berulang kali dari Biden selama setahun terakhir.

Departemen Energi merujuk permintaan Dewan keamanan Nasional Gedung Putih, bahwa akan terus bekerja dengan seluruh produsen untuk kepentingan konsumen. Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi dan harga yang lebih rendah untuk konsumen Amerika. 

"Kami fokus pada harga untuk konsumen Amerika, bukan barel, dan harga telah turun secara signifikan sejak tahun lalu." tuturnya. 

3. Mundur dari mendukung NOPEC

Pada tahun lalu, Gedung Putih mengisyaratkan dalam tanggapan keputusan OPEC+ yang mengejutkan untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari. 

Gedung Putih mengatakan bahwa dapat mendukung UU yang memungkinkan AS untuk mengambil langkah dramatis dengan menuntut negara-negara OPEC. 

Pada akhirnya, pemerintah mundur dari RUU tersebut, yakni “Undang-Undang Kartel Penghasil dan Ekspor Tanpa Minyak,” atau yang dikenal dengan “NOPEC’, di tengah peringatan tentang dampaknya terhadap hubungan diplomatik dan industri pertahanan. 

 4. Membatasi Ekspor

Hal lain yang dapat dimiliki oleh pemerintahan Biden adalah termasuk membatasi ekspor bensin dan solar.  Namun, analis mengatakan bahwa bergerak maju dalam tindakan ini dapat menjadi bumerang dan dapat menyebabkan harga yang menjadi lebih tinggi di beberapa bagian AS.

 5. Tidak melakukan apa-apa

"Ini terlihat seperti pemotongan berbasis pasar dari OPEC, yang tidak memerlukan tanggapan administrasi," tutur David Goldwyn, utusan energi di bawah mantan Presiden Barack Obama dan presiden perusahaan konsultan Goldwyn Global Strategies.

Goldwyn juga mengatakan bahwa OPEC mengantisipasi pertumbuhan permintaan yang lambat. Penjualan yang dimandatkan oleh kongres tahun ini belum menyentuh pasar, dan tindakan OPEC mungkin dirancang sebagian untuk melawannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper