Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Mulai Mendingin, Wall Street Ditutup Menguat

Wall Street ditutup menguat setelah data inflasi AS menujukan tanda-tanda mulai mendingin. Membuka harapan The Fed akan lebih lunak soal suku bunga.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham Wall Street menguat lebih dari satu persen pada penutupan perdagangan Jumat (31/3/2023), dengan Nasdaq membukukan kenaikan persentase kuartalan terbesar sejak Juni 2020, karena tanda-tanda mendinginnya inflasi AS membuka harapan Federal Reserve akan segera mengakhiri kenaikan suku bunganya yang agresif.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 415,12 poin atau 1,26 persen ke posisi 33.274,15. Indeks S&P 500 menguat 58,48 poin atau 1,44 persen, menjadi berakhir di 4.109,31. Indeks Komposit Nasdaq melejit 208,44 poin atau 1,74 persen, menjadi ditutup pada 12.221,91.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor konsumer nonprimer dan real estat mempimpin penguatan dengan masing-masing terkerek 2,62 persen dan 2,18 persen.

Selama sepekan, Dow naik 3,2 persen, S&P naik 3,5 persen dan Komposit Nasdaq naik 3,4 persen. Sementara itu, sepanjang Maret, Dow menguat 1,9 persen, S&P 500 terangkat 3,5 persen dan Nasdaq melonjak 6,7 persen.

Sampai dengan kuartal I ini, Nasdaq telah melambung 16,8 persen dalam persentase kenaikan kuartalan terbesar sejak tiga bulan yang berakhir Juni 2020. S&P 500 melonjak 7,0 persen dan Dow naik 0,4 persen.

Pasar mendapat dorongan karena pengukur inflasi yang disukai Federal Reserve naik sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan pada Februari.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS naik 0,3 persen bulan lalu, sejalan dengan konsensus, untuk kenaikan 5 persen tahun-ke-tahun, Departemen Perdagangan melaporkan Jumat (31/3/2023).

Inflasi PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 0,3 persen, sedikit di bawah konsensus 0,4 persen, untuk kenaikan 4,6 persen tahun ke tahun.

"Inflasi PCE Februari menunjukkan peningkatan yang menggembirakan setelah lonjakan Januari, tetapi masih terlalu tinggi," kata Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial, dalam sebuah catatan pada Jumat (31/3/2023) sebagimana dikutip Antara.

"Masih diperlukan lebih banyak waktu sebelum pasar mendapatkan kejelasan tentang bagaimana The Fed akan menyeimbangkan ketegangan perbankan dengan misinya melawan inflasi," tambahnya.

Di tempat lain, indeks sentimen konsumen yang dirilis Jumat (31/3/2023) oleh Survei Konsumen Universitas Michigan turun menjadi 62 pada Maret dari 67 pada Februari.

"Pasar ekuitas tampaknya senang dengan sedikit penurunan inflasi, sebagaimana mestinya. Ini menggarisbawahi bahwa kampanye Fed, pada kenyataannya bekerja, meskipun lambat," kata Quincy Krosby, kepala strategi global di LPL Financial di Charlotte, Carolina Utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper