Bisnis.com, JAKARTA – Entitas Grup Djarum PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli mencatatkan peningkatan rugi bersih hingga Rp5,50 triliun usai IPO.
Jumlah itu melesat 65,16 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu di posisi Rp3,33 triliun. Dengan begitu jumlah rugi per saham yang diatribusikan pun ikut meningkat dari Rp51 menjadi Rp53.
Bila menilik dari hasil laporan keuangan entitas grup Djarum itu sejatinya terdapat peningkatan top line hingga mencapai 72,42 persen. Pasalnya pendapatan Blibli terkerek dari posisi Rp8,85 triliun pada tahun lalu menjadi Rp15,26 triliun.
Naiknya penjualan dikontribusikan oleh segmen ritel online mencapai Rp10,42 triliun, toko fisik Rp3,58 triliun dan institusi Rp2,47 triliun. Akan tetapi, peningkatan pendapatan tidak disertai dengan efisiesi pada beban-beban perseroan.
Misalnya saja beban pokok pendapatan yang naik 70 persen dari Rp8,27 triliun menjadi Rp14,04 triliun. Kenaikan pos ini dipengaruhi oleh segmen beban pokok penjualan mencapai Rp14 triliun.
Adapun beban penjualan juga naik ke posisi Rp2,89 triliun, beban umum Rp3,37 triliun dan biaya keuangan Rp277,33 miliar. Dengan demikian rugi usaha Blibli tercatat Rp5 triliun sebelum ditambah dengan beban pajak perseroan.
Baca Juga
Di sisi lain terjadi penurunan total liabilitas dari Rp8,3 triliun menjadi Rp3,59 triliun. Sebagaimana diketahui, Blibli menggunakan dana IPO untuk membyar utang sebesar Rp5 triliun.
Sisa dana IPO emiten teknologi Grup Djarum PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli tercatat tinggal Rp1,15 triliun, dari hasil bersih senilai Rp7,7 triliun. Meski demikian, Blibli menyampaikan belum akan melakukan aksi korporasi untuk mencari pendanaan baru.
Investor Relation Global Digital Niaga Nathaniel Naldo Widjaja menuturkan BELI meraih dana segar hampir Rp8 triliun saat IPO. Saat ini, sejumlah Rp5,5 triliun dana IPO BELI telah digunakan untuk melunasi utang.
"Sebanyak Rp5,5 triliun untuk pembayaran utang, yang sudah kami sampaikan pada laporan penggunaan dana IPO. Sisanya memang untuk working capital, baik untuk Global Digital Niaga dan entitas anak, termasuk Tiket.com," ucap Naldo, Rabu (15/2/2023).
Naldo melanjutkan dari sisi modal kerja, menurutnya Blibli cukup bankable sebagai perusahaan e-commerce, jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Menurutnya, Blibli memiliki pinjaman dengan bunga yang sangat rendah dalam mata uang rupiah.
Meskipun Blibli telah melunasi utangnya pada dua bank, yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank BTPN Tbk. (BTPN), perusahaan telah kembali membuka kredit lain di dua bank tersebut. Namun, kredit tersebut belum digunakan oleh emiten berkode saham BELI ini.
"Jadi kapanpun kami butuh mencari dana lain, bisa dari situ. Sampai saat ini, kami belum ada rencana untuk menghimpun pendanaan lain dari pasar modal," ucapnya.