Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja keuangan dan saham PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) menyentuh level terendah selama lima tahun terakhir sejak 2018 sampai dengan saat ini.
Berdasarkan data RTI, harga saham WIKA mencapai titik terendahnya dalam lima tahun terakhir. Pada perdagangan kemarin, Selasa (28/3/2023), saham emiten BUMN itu parkir di level Rp515. Dengan demikian dalam lima tahun terakhir saham perseroan telah terkoreksi hingga 72,89 persen.
Saham WIKA sempat menyentuh puncak tertinggi di Rp2.500 pada 2019, tetapi akibat dihantam pandemi covid-19 saham emiten konstruksi itu terjerembab. Adapun WIKA pernah rebound hingga Rp2.100 pada 2021, namun tidak berlangsung lama hingga akhirnya tersungkur hingga saat ini.
Bersamaan dengan kinerja saham, WIKA juga menghasilkan kinerja yang kurang apik dengan membukukan rugi bersih pertama kali dalam periode lima tahun terakhir. Emiten BUMN, PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) mencatat rugi bersih hingga Rp59,59 miliar kendati membukukan kenaikan pendapatan pada 2022. Kinerja bottom line WIKA tertekan tingginya beban.
Perusahaan konstruksi itu tahun lalu mampu membukukan kenaikan penjualan bersih hingga 20,67 persen menjadi Rp21,48 triliun sepanjang 2022. Sementara itu, pada 2021 WIKA mencatat penjualan bersih sebesar Rp17,80 triliun.
Namun, torehan tersebut tidak disertai dengan efisiensi pada beban-beban perusahaan. Misalnya beban pokok pendapatan sebesar Rp19,27 triliun yang naik 19,61 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya di posisi Rp16,11 triliun.
Baca Juga
Peningkatan terjadi pada segmen utama bisnis WIKA meliputi infrastruktur dan gedung menjadi Rp9,68 triliun, industri Rp5,12 triliun, energi Rp3,46 triliun.
Lalu, beban pajak WIKA juga ikut membengkak menjadi Rp163,49 miliar sepanjang 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya Rp17,76 miliar.
Akibatnya, WIKA tidak mampu mempertahankan laba bersih tahun ini seperti tahun sebelumnya sebesar Rp214,42 miliar.
Kemudian, liabilitas WIKA tercatat sebesar Rp57,57 triliun dengan rincian liabilitas jangka panjang sebesar Rp21,44 triliun dan liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp36,13 triliun. Selanjutnya ekuitas tercatat sebesar Rp17,49 triliun.
Sementara itu, jumlah aset WIKA tercatat sebesar Rp75,06 triliun meningkat 8,18 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp69,38 triliun.
Di sisi lain, Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito menyampaikan bahwa kontribusi pendapatan terbesar berasal dari segmen infrastruktur dan bangunan gedung. Lalu disusul oleh segmen industri, dilanjutkan dengan segmen energi dan industrial plant serta segmen realti dan properti.
“Capaian ini menunjukkan kinerja operasi WIKA yang sustain dan semakin efisien,” katanya melalui keterangan tertulis, dikutip Sabtu (25/3/2023).
Selain itu, kapasitas produksi (burn rate) WIKA yang berada pada level 39 persen di 2022 meningkat dibandingkan 2021 yang berada pada level 30,2 persen, dengan margin laba kotor sebesar 10,3 persen meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 9,5 persen.
Agung mengeklaim WIKA mampu menjalankan kinerja operasi yang baik yang dibuktikan dengan keberhasilan WIKA dalam menuntaskan berbagai proyek di tanah air sepanjang 2022.