Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dunia berpotensi menguji level US$1,949 per troy ounce sampai dengan US$2,016 per troy ounce pada perdagangan hari ini.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi meyakini harga emas dunia bakal menguat ditopang oleh sejumlah sentimen. Salah satunya adalah sikap investor untuk beralih ke asset safe haven. Akibat bank Deutsche Bank asal Jerman menjadi nama besar terbaru yang terperangkap dalam krisis perbankan AS-ke-Eropa.
“Dalam penutupan pasar akhir pekan lalu harga emas dunia melemah ke US$ 1,976,00 per troy ounce. Pada perdagangan Senin, emas dunia akan di perdagangkan menguat di rentang US$1,949.56 per troy ounce – US$2,016.45 per troy ounce,” tulisnya dalam riset, Sabtu (27/3/2023).
Ibrahim menambahkan kekhawatiran inflasi yang meningkat juga membuat emas tetap di benak investor meskipun Federal Reserve mengatakan mungkin hanya ada satu lagi kenaikan suku bunga AS dalam siklus kenaikan saat ini.
Di Amerika Serikat, Menteri Keuangan AS Janet Yellen membuat para regulator keuangan negara yang disebut Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan berunding, untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Sabtu pagi WIB, karena aksi ambil untung usai memecahkan rekor sepanjang masa.
Baca Juga
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 0,61 persen menjadi US$1.983,80 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.006,50 dan terendah di US$1.977.70.
Meski terkoreksi di akhir pekan, selama lima hari perdagangan harga emas masih mampu menguat 0,5 persen. Kekhawatiran inflasi yang meningkat juga membuat emas menarik bagi investor meskipun seorang pejabat senior Federal Reserve mengatakan pada Jumat (24/3/2023).
Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard mengatakan kepada wartawan pada Jumat (24/3/2023) bahwa Federal Reserve kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan. Setelah melihat respons cepat regulator AS meredakan tekanan di sektor perbankan, sementara ekonomi dan inflasi tetap lebih kuat dari yang diharapkan.
"Harga emas akan tetap didukung di tengah meningkatnya ketidakpastian kebijakan ekonomi AS dan risiko kenaikan inflasi," kata analis BCA Research yang berbasis di Montreal dalam sebuah catatan yang dilansir dari Antara.