Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Kejutan di Pasar, Analis Revisi Turun Target IHSG ke 7.500

Analis merevisi turun target IHSG di akhir tahun menjadi 7.500 akibat banyaknya kejutan yang terjadi di pasar
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Peristiwa geopolitik hingga finansial membuat analis merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir 2023. 

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan pihaknya melakukan revisi target IHSG dari semula 7.700 menjadi 7.500 di akhir tahun. Menurutnya, revisi ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor. 

"Kami revisi target IHSG karena konflik geopolitik Rusia-Ukraina masih berkelanjutan, meski sudah satu tahun," kata Cheril, Minggu (19/3/2023).

Selain peristiwa geopolitik, kasus kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) baru-baru ini juga membuat pihaknya merevisi target IHSG.

Sementara itu, China yang telah melakukan pembukaan kembali setelah lockdown covid atau reopening, menurutnya memiliki target ekonomi yang belum terlalu agresif. Revisi IHSG juga dilakukan pihaknya untuk mengantisipasi kejutan lain di pasar. 

Sebagai informasi, pada sepekan terakhir IHSG bergerak melemah 1,29 persen, menjadi 6.678.23, dari 6.765,30 pada pekan lalu. Cheril sebelumnya mengatakan pergerakan indeks komposit pada pekan ini terpengaruh oleh sentimen efek domino kolapsnya Silicon Valley Bank ke Credit Suisse di Eropa.

Sebagaimana diketahui, SVB dilaporkan bangkrut pada akhir pekan lalu (10/3/2023) usai gagal mengumpulkan dana tambahan sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam. 

Bangkrutnya SVB terimbas kenaikan suku bunga secara agresif. Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sejak tahun lalu untuk menekan lonjakan inflasi. Kenaikan suku bunga merupakan momok menakutkan bagi perusahaan rintisan. 

Pemodal berpaling untuk menambah investasi di startup. Akibatnya, perusahaan menarik dananya di SVB untuk memenuhi likuiditas. 

Bank yang didirikan pada 1983 itu memang memiliki spesialisasi pembiayaan ke startup berbasis teknologi. Portofolio separuhnya dialokasikan ke startup dan layanan kesehatan Amerika. 

Sejumlah startup kenamaan global pun berbisnis dengan SVB, diantaranya Shopify Inc, Stripe, Pinterest, hingga Coinbase. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saumi Saumi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper