Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) masih tertekan, dibayangi oleh kemelut perbankan global, termasuk krisis Credit Suisse yang terbaru. Padahal, pada awal tahun rupiah sempat menunjukkan performa paling baik se-Asia.
Pada perdagangan kemarin, Kamis (16/3/2023), nilai tukar rupiah turun 0,05 persen ke Rp15.389 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga melemah 0,34 persen ke 104,29. Penurunan juga dialami won Korea 0,7 persen, ringgit Malaysia 0,4 persen, dan rupee India 0,2 persen.
Rupiah telah melemah 0,8 persen terhadap dolar bulan ini, penurunan terbesar di antara mata uang utama Asia dan memangkas kenaikan tahun ini menjadi 1,2 persen.
Menurut Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra, berita mengenai Credit Suisse Bank memicu kekhawatiran pasar akan krisis perbankan Amerika Serikat yang menyebar ke Eropa.
Pelaku pasar lantas keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman seperti emas dan dolar AS sehingga membuat mata uang lokal terdepresiasi.
“Hal ini bisa mendorong pelemahan rupiah sebagai aset berisiko hari ini [saat ini] terhadap dolar AS,” ujar Ariston dalam riset, Kamis (16/3/2023).
Baca Juga
Meski demikian, lanjutnya, pelemahan rupiah tertahan karena kebangkrutan Silvergate Bank, Signature Bank, dan Silicon Valley Bank (SVB) di AS. Krisis perbankan di Negeri Paman Sam memperbesar kemungkinan Federal Reserve menahan kenaikan suku bunga acuannya agar tidak terlalu agresif pada rapat mendatang.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS sedikit turun terhadap sekeranjang mata uang, tetapi masih di posisi yang cukup kuat.
Dia mengatakan greenback sebagian besar didukung oleh permintaan safe-haven, dan juga melihat tawaran beli di tengah peningkatan ketidakpastian atas jalur kebijakan moneter AS.
“Fokus sekarang tepat pada pertemuan Federal Reserve minggu depan, ketika bank itu diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin,” ujarnya.
Kendati demikian, kekhawatiran akan krisis bank, setelah jatuhnya tiga bank regional AS, membuat para trader mempertanyakan apakah The Fed akan memiliki ruang yang cukup untuk terus menaikkan suku bunga.
Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) pada level 5,75 persen di tengah gonjang ganjing global yang makin memanas. Suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kebangkrutan tiga bank AS tidak berdampak langsung pada industri perbankan di Indonesia karena sebagian besar bank-bank di Tanah Air tidak menanamkan dananya pada tiga bank itu.
Bank-bank di Indonesia pun jarang memiliki US Treasury. Namun, dia mengatakan kebangkrutan bank AS bisa berpengaruh pada persepsi dan ekspektasi pasar.