Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi mengubah formula pembentuk harga batu bara acuan atau HBA. Emiten batu bara portofolio Lo Kheng Hong PT ABM Investama Tbk. (ABMM) tersenyum menyambut perubahan formula pembentuk HBA ini.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengatakan pihaknya menyambut baik perubahan formula pembentuk HBA oleh ESDM ini. Menurutnya, dengan formula baru ini, royalti akan dibayar dari harga aktual penjualan, bukan lagi harga teoritis.
"Kami berterima kasih kepada pemerintah yang sudah merevisi formula HBA. Agar kedepannya royalti dibayar dari actual selling price, bukan lagi theoritical price," kata Adrian kepada Bisnis, Kamis (9/3/2023).
Dia melanjutkan, perubahan formula HBA ini akan membuat kinerja ABMM menjadi lebih stabil ke depannya.
"Kinerja akan lebih stabil tentunya, karena lebih realistis," ucapnya.
Sebagai informasi, Kementerian ESDM menghapus formula awal HBA yang bertumpu pada rata-rata indeks domestik dan internasional seperti Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC) dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
Baca Juga
Pada awalnya empat indeks itu menggunakan asumsi rata-rata kualitas batu bara yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.
Sebagai gantinya, Kementerian ESDM menghitung HBA menggunakan rata-rata harga jual batu bara dengan kalori terkait dua bulan sebelumnya.
“Indeks baru memakai harga dua bulan sebelumnya dengan persentase yang berbeda, yaitu misalnya 70 persen di harga yang bulan sekarang kemudian 30 persen di bulan lalu atau sebaliknya,” kata Staf Khusus Menteri ESDM, Irwandy Arif.
Sebelumnya, mengatakan produksi ABMM akan konsisten seperti rencana semula, yakni dengan memproduksi 12,4 juta ton batu bara pada 2023.
"Di usaha kami ini, economies of scale berlaku. Volume produksi penting untuk menjaga efisiensi," ujar Adrian belum lama ini.
Dia melanjutkan ABMM melihat harga batu bara masih akan tetap stabil karena permintaannya yang masih terjaga. Sebelumnya, ABMM melihat harga batu bara akan stabil di level seperti saat ini untuk jangka waktu 6-9 bulan. Setelah itu, menurutnya harga batu bara akan turun sedikit, tetapi tidak drastis.
"Faktor yang memengaruhi terutama permintaan batu bara yang stabil baik dari Asia maupun dari Eropa," ujar dia.