Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) akan melakukan ekspansi dan pembayaran utang setelah meraih dana IPO jumbo Rp9,05 triliun.
Dalam IPO, PGEO menawarkan ke masyarakat sebanyak 10,35 miliar saham biasa atas nama, yang mewakili sebesar 25,00 persen dari modal ditempatkan dan disetor. Harga Penawaran Rp875 setiap saham. Perseroan telah melaksanakan Penawaran Umum sejak 20 - 22 Februari 2023 dan berhasil meraih dana sebesar Rp9,05 triliun.
Lebih lanjut Perseroan juga mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham atau sebanyak banyaknya 630.398.000 saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program/ MESOP).
Direktur Utama PGEO Ahmad Yuniarto mengatakan pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) untuk mendukung rencana erseroan mengembangkan kapasitas terpasang Perseroan sebesar 600 MW hingga 2027 mendatang.
"Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027. Selain juga mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumber daya panas bumi Indonesia," jelasnya dalam seremoni pencatatan saham perdana PGEO di Bursa Efek Indonesia, Jumat (24/2/2023).
Mengutip prospektus, PGEO sudah menyiapkan berbagai rencana penggunaan dana IPO. Dengan dana tersebut, PGEO berencana untuk menggunakan 85 persen dana IPO untuk pengembangan usaha sampai 2025.
Baca Juga
Rinciannya, sekitar 55 persen akan digunakan sebagai capital expenditure (capex) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini, yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing PGEO.
Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lahendong, WKP Hululais, WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Gunung Way Panas, WKP Sungai Penuh, dan WKP Gunung Sibayak-Gunung Sinabung.
Lalu, sekitar 33 persen akan digunakan untuk capex pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology, untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru.
Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Hululais, WKP Gunung Way Panas, dan WKP Kamojang-Darajat.
Kemudian sekitar 12 persen akan digunakan untuk capex atau investasi pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir untuk mendukung production, operation & maintenance excellence.
Adapun, sebesar 15 persen sisa dana hasil IPO atau sebanyak-banyaknya sampai US$100 juta akan digunakan untuk pembayaran sebagian facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara PGEO dengan mandated lead arrangers, kreditur sindikasi awal, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebagai Facility Agent.
Apabila dana hasil IPO tidak mencukupi, PGEO menuturkan masih memiliki berbagai alternatif pembiayaan yang antara lain berasal dari kas internal PGEO dan/atau fasilitas pendanaan konvensional maupun pasar modal mengingat rasio-rasio keuangan PGEO masih memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.