Bisnis.com, JAKARTA — Kabar anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) untuk menawarkan saham perdana (initial public offering/IPO) telah beredar di pasar selama bertahun-tahun. Jika berhasil, MEDC bakal ikut mendulang keuntungan.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Farras Farhan menyebutkan dengan lonjakan produksi emas dan tembaga AMNT baru-baru ini, berkat proyek Batu Hijau, serta kenaikan harganya, AMNT dapat menghasilkan EBITDA sekitar US$1,3 miliar pada 2023. Posisi ini akan cenderung datar setidaknya untuk empat tahun setelahnya karena proyek Batu Hijau yang mature.
"Potensi hasil IPO AMNT mungkin merupakan hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksinya dan mencetak pertumbuhan. Jika kami menerapkan EV/EBITDA multiple sebesar 4,8 kali untuk AMNT dan AMNT akan memiliki valuasi sebesar US$6,5 miliar. Adapun dengan tingkat kepemilikan MEDC 23,13 persen, Perseroan akan mendapatkan tambahan enterprise value sebesar US$1,5 miliar," jelas Farras dalam riset, dikutip Selasa (21/2/2023).
Sebelumnya, pada September 2022 MEDC sempat memberi sinyal akan membawa AMNT melantai di bursa, namun belum bisa menjelaskan terkait kapan waktu IPO tersebut akan dilaksanakan.
Adapun, pada 2019 silam MEDC juga mengatakan tengah mengkaji kemungkinan IPO untuk AMNT namun waktunya belum memungkinkan. Saat itu, MEDC mengharapkan raihan dana dari IPO AMNT bisa mencapai US$600 juta.
Di sisi lain, AMNT baru-baru ini berencana melakukan ekspansi kerja untuk tambang Batu Hijau, bersama dengan anak usahanya, Macmahon Indonesia, untuk menggarap tambang Batu Hijau Fase 8. Dengan dibukanya Fase 8 ini diperkirakan bisa memperpanjang masa tambang AMNT hingga 2028.
Baca Juga
Dengan potensi yang ada, Samuel Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi buy untuk saham MEDC, dengan target harga di Rp1.600.
"Kami mempertahankan pandangan bullish kami terhadap MEDC dan memberikan rating Buy. Kami menyertakan AMNT dalam valuasi SOTP MEDC, dengan asumsi enterprise value sebesar US$1,5 miliar. Kami juga menerapkan EV/EBITDA sebesar 3,1 kali untuk bisnis migas MEDC dan 10,3 kali untuk bisnis tenaga listriknya," jelas Farras.
Perhitungan Samuel Sekuritas Indonesia menghasilkan target harga sebesar Rp1.600, merefleksikan blended EV/EBITDA 2023 sebesar 3,81 kali. Adapun, risiko utama yang mungkin dihadapi MEDC di antaranya penurunan harga migas dan volume lifting.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.