Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan menyatakan bahwa surplus neraca perdagangan yang masih terjadi pada Januari 2023 tidak lepas dari kinerja sejumlah komoditas. Kondisi surplus itu terus menjadi perhatian di tengah tren koreksi harga batu bara, komoditas primadona Indonesia.
Kementerian Keuangan menilai bahwa kinerja ekspor Indonesia cukup kuat pada Januari 2023, terlihat dari catatan surplus US$3,87 miliar. Kinerja itu tercapai berkat ekspor senilai US$22,3 miliar yang tumbuh 16,3 persen (year-on-year/YoY) dan impor US$18,4 miliar atau tumbuh 1,27 persen (YoY).
Bendahara negara mencatat bahwa penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, Filipina, dan India. Sejumlah komoditas pun mencatatkan kinerja perdagangan yang baik ke tiga negara itu, sehingga turut menopang terjadinya surplus untuk 33 bulan berturut-turut.
"Komoditas utama [penopang surplus neraca perdagangan Januari 2023] bahan bakar mineral, produk sawit, serta mesin," dikutip dari unggahan Kemenkeu pada Jumat (17/2/2023).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan bahwa komoditas lainnya yang mendorong capaian surplus neraca perdagangan Januari 2023 adalah logam mulia dan perhiasan/permata, serta karet dan barang dari karet.
Menurut Febrio, impor masih didominasi oleh komoditas utama seperti mesin dan perlengkapan elektik. Namun, kinerja ekspor yang lebih tinggi membuat surplus dapat tetap terjaga.
Baca Juga
Febrio menyebut bahwa pemerintah mewaspadai adanya potensi tekanan dari perlambatan ekonomi global. Pergerakan harga komoditas-komoditas andalan Indonesia pun menjadi perhatian, karena dapat memengaruhi kinerja ekspor.
"Walaupun PMI Manufaktur beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti China masih ada dalam zona kontraksi, ekspor masih tumbuh tinggi di awal tahun ini," ujar pada Kamis (16/2/2023).