Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut investor jumbo belum berencana masuk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) melalui PMTHMETD atau private placement tahun ini.
Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan GIAA belum membutuhkan pendanaan dalam jangka pendek. Adapun para pemangku kepentingan atau stakeholder masih akan menunggu kinerja garuda pada semester I/2023.
“Engga.[Investor] tidak akan [masuk tahun ini],” ujar Kartiko saat ditemui di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Saham GIAA, memiliki price earning ratio (PER) di posisi 0,12 kali dan price to book value (PBV) minus 0,25 kali. Adapun debt earning ratio (DER) GIAA tercatat minus 349,72 persen.
Mayoritas saham GIAA masih dipegang oleh Negara RI sebanyak 59,03 miliar saham atau setara 64,54 persen. Adapun Negara RI merupakan pemegang saham pengendali GIAA.
Kemudian investor publik memegang sebanyak 25,12 miliar saham atau setara 27,47 persen. PT Trans Airways tercatat memegang 7,31 miliar saham atau setara 7,99 persen.
Baca Juga
Dari kepemilikan saham oleh Komisaris dan Direksi, Bos CT Corp Chairul Tanjung tercatat memiliki 2,01 juta saham GIAA. Adapun Chairul Tanjung menjabat sebagai Komisaris GIAA.
Sementara Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra tercatat memegang 4,46 juta saham GIAA.
Sebagaimana diketahui, GIAA telah menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerjanya. PMN tersebut berkaitan dengan langkah rights issue sebanyak 39,7 miliar saham atau senilai Rp7,79 triliun.
Adapun Chairul Tanjung melalui PT Trans Airways tidak berpartisipasi dalam rights issue yang diselenggarakan perseroan pada akhir tahun ini.
Tahapan ini akan dilanjutkan dengan private placement. Garuda akan melakukan pendistribusian saham dalam rangka konversi utang sebesar 25,8 miliar saham, atau senilai Rp5,05 triliun, termasuk di dalamnya realisasi Obligasi Wajib Konversi (OWK).
Sebelumnya, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan sejumlah investor potensial mulai menjajaki rencana untuk berpartisipasi dalam private placement Garuda Indonesia. Potensi dana private placement yang dibidik berkisar US$300 juta atau sekitar Rp4,5 triliun sampai dengan US$400 juta atau Rp6,0 triliun.
Dia menambahkan nilai pasti emisi akan sangat ditentukan dengan kinerja Garuda sampai dengan kuartal I/2023, sehingga para calon investor menjadi lebih yakin.
“Calon investor yang sudah bicara ada beberapa airlines dari Timur Tengah. Hanya saja memang belum sampai pembicaraan nilai. Sejauh ini masih awal. Semoga Maret sudah bisa kami update. Mudah-mudahan beberapa maskapai di Timur Tengah [ikut private placement],” kata Kartiko di sela-sela penyelenggaraan Mandiri Investment Forum, Rabu (1/2/2023).