Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Mata Uang Asia Pasifik Kompak Ditutup Melemah

Rupiah ditutup melemah 0,47 persen ke posisi Rp15.212 pada perdagangan hari ini. Seluruh mata uang asia lainnya juga terpantau melemah.
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang Rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (13/2/2023) ke posisi Rp15.212 dihadapan dolar AS. Sementara itu, indesk dolar terpantau menguat 0,02 ke posisi 103.558. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 78 poin atau 0,47 persen ke posisi Rp15.212. Rupiah ditutup melemah bersama seluruh mata uang Asia Pasifik. 

Yen Jepang terpantau melemah 0,56 persen, Dolar Hong Kong melemah 0,0002 poin, Dolar Singapura juga terpantau melemah tipis yaitu 0,07 persen. Sementara itu, Dolar Taiwan melemah 0,39 persen, Won Korea melemah 1,01 persen dan Peso Philipina melemah 0,63 persen. 

Kemudian Rupee India terpantau loyo 0,22 persen, Yuan China melemah 0,16 persen, Ringgit Malaysia melemah 0,55 persen serta Bath Thailand melemah 0,30 persen. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar naik terhadap mata uang lainnya, karena investor semakin khawatir tentang laporan inflasi AS minggu ini, yang dapat menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan pasar di tengah data yang menunjukkan ekspektasi kenaikan harga yang berkelanjutan selama tahun depan, yang dapat mengundang lebih banyak pengetatan moneter oleh Federal Reserve.

“Karena data terus menunjukkan momentum positif AS, dolar berada pada kecepatan untuk kenaikan mingguan kedua terhadap sekeranjang enam mata uang, kenaikan yang belum pernah terlihat sejak Oktober,” katanya dalam riset harian, dikutip Senin (13/2/2023). 

Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan pasar terus memantau perkembangan pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2023. 

Salah satu kunci utama agar Indonesia dapat bertahan dari hantaman ketidakpastian global dan ancaman resesi adalah penguatan pasar domestik dan hilirisasi industri. IMF sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 akan mencapai 3,4 persen dan tumbuh melambat menjadi 2,9 persen pada 2023. 

Kemudian meningkat menjadi 3,1 persen pada 2024. Namun ancaman resesi global perlu diwaspadai. Pasalnya resesi global berpotensi menurunkan permintaan ekspor karena menurunnya permintaan global dan risiko kenaikan harga bahan baku impor.

Ibrahim memproyeksikan, pada perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp15.200  hingga Rp15.280.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper