Bisnis.com, JAKARTA — Prospek penerbitan obligasi korporasi pada 2023 tetap positif, seiring dengan risiko yang menurun di tengah perbaikan kondisi ekonomi yang berlanjut.
Vice President Credit Analyst Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Teddy Hariyanto mengatakan penerbit akan memanfaatkan peluang pemulihan ekonomi domestik yang berlanjut. Di sisi lain, imbal hasil surat utang pemerintah dan risiko premium turut menurun.
Dia mengemukakan bahwa penerbitan obligasi korporasi saat ini masih didorong oleh kebutuhan dana emiten untuk ekspansi maupun refinancing. Perusahaan juga cenderung mencari pendanaan dengan tenor panjang dengan suku bunga tetap saat ini.
“Searah dengan tren pemulihan ekonomi, kami memandang bahwa risiko kredit para issuer telah menurun dan kapasitas dalam memenuhi kewajiban utangnya makin membaik, meskipun memang masih ada beberapa penerbit yang menghadapi kendala dalam pemulihan kinerja,” kata Teddy kepada Bisnis, Senin (13/2/2023).
Teddy menjelaskan magnitudo ancaman resesi masih menjadi perhatian dalam penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Kondisi perekonomian yang tidak stabil bakal membawa volatilitas tinggi bagi pasar kredit di Tanah Air.
“Risiko rating atau outlook downgrade dari agensi pemeringkat bisa muncul apabila penerbit tidak mampu mengelola risiko volatilitas di pasar akibat ancaman resesi global,” katanya.
Baca Juga
Risiko kondisi ekonomi global juga dilengkapi dengan perkembangan politik dalam negeri menjelang Pemilihan Umum 2024. Teddy berpendapat momentum tahun politik bisa memperlambat keputusan investasi para penerbit maupun investor.
Meski demikian, dia mengatakan penerbitan obligasi korporasi masih didukung sejumlah faktor dari sisi permintaan. Di antaranya adalah kondisi likuiditas di pasar yang masih menyisakan ruang. Di sisi lain, investor juga makin percaya diri dalam berinvestasi di obligasi korporasi.
Rating agency bisa muncul apabila issuers tidak mampu mengelola risiko volatilitas di market akibat ancaman resesi global. Ditambah, dari dalam negeri, mulai semester II/2023 ini sudah mulai tahun politik, dan ini dapat memperlambat keputusan investasi para issuer maupun investor.
“Membaiknya kondisi perekonomian mendorong perbaikan bisnis dan keuangan korporasi dan menurunkan risiko kredit perusahaan-perusahaan penerbit obligasi,” lanjutnya.
Direktur dan Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan penerbitan obligasi korporasi memiliki prospek yang baik di tengah level inflasi yang terkendali dan dalam tren penurunan. Di sisi lain, kenaikan suku bunga telah mencapai puncak dan berpeluang turun dalam jangka menengah.
“Permintaan untuk obligasi korporasi yang berkualitas terus tinggi mengingat ekspektasi imbal hasil obligasi pemerintah akan turun pada tahun ini dan likuiditas dalam negeri masih banyak,” kata Ezra.
Adapun faktor pendukung lain adalah prospek harga komoditas andalan Indonesia yang berpeluang tetap tinggi meskipun lebih rendah daripada 2022. Hal ini akan berpengaruh pada level konsumsi dan peningkatan daya beli masyarakat.