Bisnis.com, MAKASSAR — Emiten tambang logam PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) memulai konstruksi pabrik pemurnian dan pengolahan bijih nikel terintegrasi di Blok Bahadopi Morowali Sulawesi Tengah, dengan kapasitas produksi hingga 73.000 ton nikel per tahun. Total investaisnya mencapai Rp37,5 triliun.
Pabrik yang disebut sebagai Indonesia Growth Project (IGP) Morowali itu diklaim sebagai proyek pemurnian bijih nikel dengan emisi karbon terendah kedua setelah smelter serupa milik perseroan yang berada di Blok Sorowako, Sulawesi Selatan.
CEO Vale Indonesia Febriany Eddy menyebut konstruksi fisik IGP Morowali merupakan rangkaian dari upaya perseroan mendukung penghiliran mineral serta berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian Indonesia.
“Kami senantiasa memastikan segala aktivitas kami sejalan dengan komitmen keberlanjutan lingkungan,” ujar Febriany dalam Ground Breaking IGP Morowali, Jumat (10/2/2023).
Perusahaan juga telah mempersiapkan fasilitas pascatambang, termasuk kebun pembibitan (nursery) untuk mendukung revegetasi lahan di Blok Bahodopi. Langkah itu sesuai dengan komitmen untuk menurunkan emisi karbon dalam upaya mencapai net zero carbon emission pada 2050.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan proyek yang direalisasikan oleh Vale membuka dimensi baru dalam ekosistem penghilirian hasil tambang di Tanah Air.
Baca Juga
Menurutnya, proyek smelter IGP Morowali itu tidak saja memadukan penambangan dan manufaktur secara integral, tetapi juga menjadi manifestasi nyata pada praktik penghiliran dengan orientasi ekonomi hijau (green economy).
“Proyek ini merupakan green smelter pertama yang saya lihat. Proyek smelter pertama di Indonesia yang menggunakan LNG sebagai sumber energi. Tentu ini menjadi solusi mewujudkan green mining, green product, dan green economy,” ucapnya.
IGP Morowali merupakan proyek anyar dari Vale yang menelan investasi sebesar Rp37,5 triliun, yang terdiri dari konstruksi fasilitas penambangan dan konstruksi pabrik pengolahan/pemurnian bijih nikel di Blok Bahodopi.
Di IGP Morowali itu nantinya terdapat aktivitas penambangan yang dilakukan langsung oleh Vale di Bungku Timur, Sorowako. Kemudian bijih nikel dari penambangan diolah pada fasilitas smelter berteknologi RKEF di Desa Sambalagi, Morowali.
Adapun smelter dibangun Vale melalui skema joint venture bersama dengan Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
Pabrik tersebut berteknologi pirometalurgi rotary kiln-electric furnace (RKEF) atau pertama di Indonesia yang didukung pembangkit listrik tenaga gas alam cair (LNG), dengan kapasitas hingga 500 megawatt (MW).
“Ground breaking ini menjadi sangat bersejarah, sebuah prestasi oleh Vale beserta mitranya membangun proyek pertama yang menggunakan LNG. Apalagi dari sisi perkembangannya, sudah dikenal secara global, sehingga ini tentu saja membuat pemerintah terbantu dalam mendorong hilirisasi mineral,” kata Airlangga.